Rabu, 09 Maret 2011

Pulau Cinta 4


      Tak terasa 2 minggu sudah berlalu,kini tiba saatnya lomba Drum Band antar sekolah dilaksanakan.Aku terpaksa merelakan hari mingguku untuk penampilan ini,karena sudah susah payah aku dan teman-teman lainnya berlatih untuk perlombaan ini.
      Pagi-pagi sekitar jam setengah 7 aku sudah bergegas berangkat ke sekolah dengan seragam grup Drum Band sekolahku.Para anggota disuruh berkumpul terlebih dahulu disekolah untuk pengabsenan,dan latihan sebentar,berhubung acaranya dimulai jam 9 pagi.
      Sesampainya disana,kami dipersilahkan mengambil alat music masing-masing lalu kami berlatih dengan semangatnya.Hari ini adalah hari penentuan perjuangan kami selama ini.Kalau menang,hadiahnya lumayan.
      Sekitar pukul 8,kami sudah berhenti latihan untuk yang terakhir kalinya sebelum lomba.Kemudian kak Rizky menyuruh kami menyusun alat-alat music yang akan dimainkan saat lomba nanti diatas sebuah truk yang sudah disewa.Lalu para anggota diintruksikan untuk menaiki bis sekolah yang sudah menunggu.Kami menggunakan 2 bus yang masing-masing bermuatan 20 orang.
      Dengan ceria kami menaiki bis sekolah tersebut. Didalam bus,aku memilih tempat duduk ditengah-tengah, namun tidak ada yang mau duduk disampingku,mereka sudah memiliki teman duduk masing-masing.Bahkan Rani ,teman baikku,duduk dengan Vito,pacarnya yang pemain bass di grup Drum Band kami.
“Kakak duduk disini ya.”
      Terdengar olehku suara yang tidak asing lagi,sudah pasti itu kak Derry.Dia langsung saja duduk disampingku, padahal aku belum mengizinkannya duduk disitu.Tapi ya sudahlah,lagi pula dia tidak menggangguku.
“Kakak punya sesuatu buat kamu,”kata Kak Derry.
“Emang apaan kak?”tanyaku.
“Nah,ini dia,”jawabnya sambil memegang coklat yang diambil dari tasnya.
“Buat Tyas?”
“Iya dong,jadi buat siapa lagi?”
“Tapi nanti Tyasnya gendut kalau makan coklat kak.”
“Ga apa-apa,kan sekali-sekali sih.Ini hadiah ulang tahun kamu yg kemaren,kakak lupa nyiapin kado buat kamu.”
“Iyadeh,thanks ya kak.”
“Oke sama-sama.”
      Aku menaruh coklat pemberian kak Derry kedalam tas kecilku.Didalam tas itu hanya terdapat HP,dompet,dan stick drum.Kak Derry melihatiku ketika aku memasukkan hadiah darinya kedalam tasku.
“Nanti kamu ya yang makan coklat itu,kakak belinya dengan sepenuh cinta,jangan di sia-siain ya,”tiba-tiba saja kak Derry menyerocos.
“Ha?Dengan cinta?”Tanyaku seakan tak percaya.
“Iya dong,dengan cinta dan kasih sayang yang tulus.”
“Tyas,kakak boleh nanya sesuatu?”
“Boleh kak,emangnya mau nanya apaan?”
“Kamu mau jadi pacar kakak?Kakak udah lama juga ngincar kamu.”
“Apa?Kakak gak salah?”
“Iya,gak salah kok.Kakak serius nih.Kamu kok kayak gak suka gitu?Kamu udah puya pacar ya?”
“Enggak sih kak,belum punya.Tapi Tyas terkejut aja.Kok bisa-bisanya kak Derry ngomong nanya gitu.”
“Kamu gak percaya sama kakak?Kakak sayang banget sama kamu Tyas.”
“Tyas juga sayang sama kakak sih.”
“Beneran kamu sayang sama kakak?Alhamdulillah.Gak sia-sia kakak memendam rasa cinta ke kamu.”
“Iya Tyas sayang sam kakak,tapi hanya sebagai kakak kelas aja,bukan buat dijadiin pacar kak.”
“Kenapa gitu?”
“Sebenarnya udah ada yang Tyas harapkan,meskipun Tyas gak tau dia nyata atau enggak,dan gak tau dia dimana,Tyas juga gak tau dia juga mengharapkan Tyas atau enggak.”
“Ha?Emangnya siapa dia?”
“Namanya Satya,Tyas seakan dekat sekali dengannya.Tyas ketemu dia didalam mimpi,entah kenapa Tyas begitu yakin kalau Tyas akan ketemu dia didunia nyata,bukan hanya didalam mimpi.”
“Kamu jangan terlalu mengharapkan yang gak pasti,nanti kamu malah sakit hati.Emangnnnya kenapa sama kakak?Kakak gak pantas ya buat kamu?”
“Bukannya gitu kak,tapi Tyas sayang sama kakak sebagai kakak kelas Tyas,senior Tyas.”
“Ya udah deh kalau gitu.Sebenarnya sampai kapan pun kakak akan tetap mengharapkan kamu,Tyas,kamu begitu sempurna dimata kakak.”
“Ha?Apanya yang sempurna kak?Gak ada didunia ini manusia yang sempurna kak.”
“Sebenarnya kakak hanya inginkan kamu.”
“Kak,kakak jangan kecewa sama Tyas ya.Kakak jangan benci sama Tyas karena Tyas nggak bisa mencintai kakak.”
“Iya gak apa-apa kok,yang penting kakak lega udah nyatain perasaan ini ke kamu.”
      Setelah itu kami diam seribu bahasa,tanpa berbicara sedikitpun sampai tiba dikantor Gubernur.Aku sama sekali tidak menyangka kalau selama ini kak Derry menyimpan rasa padaku.Kukira kebaikannya selama ini hanya karena aku adalah juniornya di drum band.
      Semoga dia tidak marah padaku dan menjauhiku.Aku tidak mau dibenci hanya karena aku menolak cintanya.Aku lebih senang menganggapnya sebagai seniorku dibandingkan menjadi pacarku.
      Tak lama kemudian,sampailah kami di kantor gubernur.Gedungnya besar sekali dan halamannya begitu luas,pantas sajalah acaranya diadakan disini.Ternyata sudah banyak grup drum band dari sekolah lain yang sudah datang.Mereka tampak keren dan sempat membuatku minder.Tapi aku harus tetap optimis,grup drum band dari sekolahku pasti menang.
      Kami dibariskan dihalaman belakang kantor gubernur, alat-alat kami kumpulkan disitu dan disusun rapi.Kak Rizky mencabut nomor urut untuk tampil dalam perlombaan ini.Sekembalinya kak Rizky dari tempat pencabutan nomor,dia mengumumkan bahwa nomor urut grup drum band kami adalah 2.
      Tibalah acara dimulai,MC mulai memberitahukan bahwa lomba akan dimuai.Nomor urut pertama didapat oleh SMAN7,mereka tampil dengan sangat bagus dan memukau.Ketukan-ketukan alat music yang mereka pukul terdengar indah.
      Berhubung sebentar lagi giliran kami yang tampil, para senior pendamping kami menyuruh kami bersiap-siap untuk tampil.Kami semua mengambil alat music masing-masing.
      MC mempersilahkan kami untuk tampil didepan juri.Kami berjalan kedepan juri sambil membunyikan alat music sesuai seperti saat kami latihan tadi pagi.Ketika tiba didepan juri,mayoret mengintruksikan kami untuk berhenti memainkan alat music.
Kak Deny,mayoret utama drum band sekolahku meminta izin kepada juri agar kami bisa memperlihatkan permainan drum band dari sekolah kami.Setelah diizinkan,kami memulai aksi kami.Kak Deny mengintruksikan agar kami mulai memukul alat music yang kami pegang.
“1..2.3..4..1..2..3..ya..”perintahnya kepada kami sambil menaikkan jari telunjuk kanannya,pertanda kami harus memainkan kavleri 1.
Kami mengikuti intruksinya,kak Yuni dan kak Jessika selaku mayoret kedua dan ketiga memainkan tongkat yang mereka pegang dengan hebatnya.Mereka memang sudah hampir 2 tahun menjadi mayoret sampai akhirnya mereka semahir itu.
Semua mata tertuju pada kami,banyak yang terpukau melihat aksi kami.Pukulan yang kami ciptakan mampu membuat penonton dan juri terpukau,bahkan banyak yang merekam aksi kami.
Kini saatnya juri berkomentar,wah wah bikin deg degan.
“Menurut saya,permainan kalian bagus sekali.Saya sampai bilang wah ketika kalian memainkan alat-alat music itu.Mayoretnya sepertinya sudah sangat mahir memimpin anggotanya,permainan tongkatnya bagus sekali,saya suka itu.”
Juri yang satunya lagi berkomentar ketika juri pertama selesai mengomentari kami.
“Saya setuju dengan pendapat yang tadi,saya suka sekali melihat kalian.Pukulan baru yang kalian ciptakan bagus banget,pemain bass atraksinya juga luar biasa,pemain blira juga murni ga ada yang salah ketika memainkan lagu.Lagu yang kalian ciptakan pun enak sekali.Hanya saja,mungkin karena gugup ada sedikit yang mungkin salah pukul,tapi hanya sedikit.Menurut saya,kalian sudah bagus dan pantas sekali menjadi pemenang,”katanya sambil mengacungkan jempol.
      Setelah kami selesai tampil,kami beranjak dari arena tampil ke halaman belakang kantor gubernur.Disana,kami duduk-duduk di taman dan dipersilahkan istirahat.Kak  Mira, selaku ketua sie.bid konsumsi membagikan kami makanan dan minuman,dibantu oleh anggota-anggotanya.
      Setelah menghabiskan makananku,aku berjalan-jalan mengelilingi kantor gubernur ini sambil menyandang tas kecilku.Banyak sekali grup drum band yang mengikuti perlombaan ini,seragamnya juga beragam warna,bentuk,dan motifnya.
      Aku melihat-lihat seragam dari grup drum band dari sekolah lain sambil berjalan.Tanpa sadar,aku menabrak sesosok cowok yang memakai seragam drum band juga.Aku tidak tau dia dari sekolah mana,tapi aku merasa wajahnya tidak asing bagimu.Aku berusaha mengingat kapan aku pernah bertemu dengannya,hany samar-samar yang terlintas diotakku,aku tidak dapat mengingat seluruhnya.
“Aduh,”kami sama-sama mengatakan kata itu.
“Maaf,maaf,gak sengaja.”aku berusaha meminta maaf padanya.
“Harusnya aku yang minta maaf,aku jalan gak lihat-lihat,”katanya berusaha meminta maaf juga padaku.
“Eh tapi aku juga nggak lihat-lihat jalan.Aku aja yang minta maaf.”
“Ya udah kita sama-sama minta maaf.”
      Kami bersalaman sambil berkata “maaf”.Agak aneh memang,sebelumnya aku dan dia belum pernah kenal,tapi tiba-tiba dipertemukan dengan kondisi seperti ini.
Aku ingat sekarang,dia mirip dengan Setya yang ada dimimpiku.Astaga, apa jangan-jangan dia yang kulihat di perempatan ketika lampu merah itu?Kuharap dia memang lah Setya yang ada dimimpiku.
“Kamu dari sekolah mana?”tanyanya padaku.
“Aku dari SMA 2,kamu?”aku bertanya kembali padanya.
“Kalau aku dari SMA 1.Ternyata sekolah kita hampir dekat ya.”
“Oh,cuma hampir,tapi kan gak terlalu dekat.”
“Anggap aja dekat,haha.”
“Haha,ada-ada aja ya kamu.”
“Aku kayak pernah dengar suara kamu,tapi kapan ya?Lupa.”
“Aku juga kayak pernah dengar suara kamu ditelepon,tapi agak beda dikit.”
“Haa…iya..aku baru ingat,aku pernah dengar suara kamu di telepon juga.Ngomong-ngomong nama kamu siapa?”
“Nama aku Tyas,kamu?”
“Ha?Tyas?Udah gak salah lagi ini.Kamu yang waktu itu aku kira Rina kan?Terus kamu jadi teman curhat aku waktu itu.Haha,kebetulan banget.”
“Jadi kamu yang namanya Satya?Ya ampun,aku gak nyangka banget,ini kebetulan yang sangat luar biasa.”
“Kamu kok jalan-jalan sendiri gini?Kenapa gak sama temen kamu aja?”
“Gapapa,lagi pengen sendiri aja,kamu juga kenapa sendiri?”
“Aku gak tau,rasanya kayak ada panggilan.Mungkin pangilan buat ketemu kamu ya.Haha.”
“Haha,iya mungkin.Ngomong-ngomong,sehabis kita telfonan waktu itu,kamu kok gak hubungi aku lagi?”
“Aku ragu mau nelfon kamu,takutnya kamu gak mau angkat lagi.Maaf ya kalau waktu itu aku ganggu kamu.”
“Ha?Ya enggak dong,aku malah senang.Soalnya terkadang aku juga merasa kesepian.”
“Kok kesepian?”
“Soalnya temen aku udah punya pacar,jadi dia sibuk dengan pacarnya itu.Udah gitu,aku udah lama putus dari mantan pacarku,dia pindah keluar kota dan gak tahan menjalani LDR.”
“Wah,kita sama-sama ditinggal pergi ya,tapi kalau aku ditinggal keluar negri,kamu keluar kota.”
“Hehe,iya.”
“Ngomong-ngomong waktu itu kamu langsung pakai baju apa enggak?haha”
“Ya iyalah,jadi aku mau ngapain lagi kalau nggak pakai baju?Ada-ada aja deh kamu ini”
“Ya mana tau kamu lupa pakai baju.”
“Kamu ini aneh ya,mana mugkin aku lupa pakai baju.”
“Kan aku cuma bilang MANA TAU.”
“Ya udah jangan marah dong,kamu itu jelek kalau marah-marah.”
“Berarti kalau lagi gak marah,aku ganteng dong?”
“Iya juga sih,lumayan ganteng.Tapi anggap aja deh jelek.”
“Ih,enak aja kamu.Kamu itu yang jelek.”
“Ya udah biar adil,aku cantik,kamu jelek.Haha.”
“Curang!Itu nggak adil dong.Biar adil,aku ganteng,kamunya cantik.”
“Ah masa’ sih aku cantik?”
“Ih dasar kepedean.”
“Biasa aja dong ngomongnya.”
      Kami mengobrol dengan asyiknya.Aku merasa sangat nyaman ketika aku berada didekatnya dan bercanda dengannya.Cara bicaranya pun lembut,tidak kasar,dan menyenangkan sekali bercanda dengannya.
“Tyas!”Tiba-tiba seseorang memanggilku dari belakang,ternyata kak Derry.
“Iya ada apa kak?”Tanyaku.
“Dia siapa?”
“Oh,dia Setya kak,dari SMA 1.”
“Kamu kok bisa kenal dia?”
“Panjang deh ceritanya kak.Emang ada apa sih kak,kok nanya-nanya gitu?”
“Gak apa-apa.Kamu mau pulang sama kakak,nggak?”
“Nggak usah kak,Tyas pulang sendiri aja.”
“Yakin nih?”
“Iya kak,kakak pulang duluan aja.Lagian aku masih mau nunggu pengumuman pemenangnya.”
“Ya udah deh,bye,kamu bilang ya kalau dia macam-macam sama kamu.”
      Kak Derry pergi begitu saja.Dari tadi kak Derry melihati Setya dengan sinisnya.Astaga,apa jangan-jangan kak Derry gak suka sama Setya?Apa dia cemburu?Astaga,jangan sampai deh.
“Itu tadi siapa kamu?”Tanya Setya padaku.
“Itu senior aku.Dia tadi nembak aku di bus,tapi aku tolak.Aku gak suka sama dia.”
“Loh kenapa?Kamu tadi bilang kalau kamu kesepian,gak punya pacar,tapi kenapa kamu tolak?Kan dia ganteng juga.”
“Tapi udah ada yang aku harapkan.”
“Kalau aku boleh tau,siapa itu?”
“Aku juga gak tau dia siapa.Agak samar jika kuingat itu semua.Aku ketemu dia didalam mimpi.Rasanya mimpi itu begitu nyata.Seingatku namanya Setya dan mirip banget sama kamu.Aku ketemu orang itu dipulau yang indah sekali tanpa penghuni.Disitu ada rumah besar yang bagus banget,isinya lengkap,tapi gak ada orangnya.Sewaktu aku mau masuk kedalam rumah itu,aku ketemu sama orang itu.”
“Aku kayak pernah ngalamin mimpi yang sama kayak kamu.Tapi coba deh kuingat lagi.”
“Serius kamu juga mimpi seperti itu?”
“Aduh,kepalaku pusing nih.Aku gak bisa ingat itu semua.Coba kamu certain lagi sama aku gimana mimpi kamu,mana tau aku ingat.”
“Aku juga selalu pusing setiap berusaha mengingat itu.Sehabis aku mimpi itu,aku masih bisa ingat semuanya ketika bangun tidur.Tapi lama-lama aku jadi lupa dan susah untuk mengingatnya.”
“Tunggu dulu.Aku ingat sekarang.Dalam mimpiku,terakhir kali kita bersama sewaktu kamu tidur dipundak aku,terus aku juga ngantuk dan tertidur didekat kamu.Setelah itu aku bangun,rasanya masih penasaran juga sih sama mimpi waktu itu.Aku pikir,nggak mungkin semua itu bisa terjadi,dan gak mungkin juga aku bisa ketemu sama kamu didunia nyata ini. Sebenarnya aku gak ingat sama nama cewek yang ada dimimpi aku itu.Tapi entah kenapa aku yakin kalau kamu adalah cewek itu.”
“Kok bisa ya kita sama-sama mimpi gitu?”
“Aku juga gak tau.”
“Aku juga masih heran,kenapa kita bisa dipertemukan?Bukan hanya didalam mimpi,tapi didunia nyata juga.”
“Nggak tau.Oh iya,kamu udah makan,belum?”
“Udah sih,tapi cuma makan roti.”
“Gimana kalau kita makan didekat sini?Didekat kantor gubernur ini kan ada mall.”
“Naik apa kesananya?”
“Tenang aja,aku bawa mobil.”
“Oh,oke deh.”
      Aku mengikutinya berjalan menuju parkiran mobil.Berhubung tidak diperbolehkan memarkir kendaraan dihalaman kantor gubernur,Setya memarkirkan kendaraannya dimesjid yang terletak disebelah kantor Gubernur.
“Ayo naik,”katanya dari dalam mobil sedan yang mewah itu.
“Ini mobil kamu?”tanyaku.
“Iya,jadi mobil siapa dong?Kan gak mungkin aku nyuri.”
“Mewah banget,gak salah kamu naik ini?Orang tua kamu kok ngizinin?”
“Soalnya mobil yg ada dirumah hanya ini,selain itu dipakai papa,kak Ade dan kak Gerry.”
“Ya ampun,jadi semuanya naik mobil?”
“Iya,tadinya aku mau naik motor aja,tapi aku kan pakai seragam drum band,ntar malu ah dilihatin orang.”
“Oh,ngomong-ngomong grup drumband sekolah kamu udah nampil apa belum?”
“Udah dong,nomor urut kami 3.”
“Berarti sehabis drum band sekolahku tampil dong.Syukurlah,kirain belum nampil,ntar kamu malah dimarahin.”
“Kalau misalnya belum nampil,gak mungkin aku berkeliaran kayak tadi.”
“Iya juga sih.Oh iya,kamu tinggal dimana?”
“Komplek Tasbi.Kamu?”
“Oh,pantaslah.Orang tua kamu kaya ya?Aku di Cemara Indah.Memang sih gak terlalu terkenal perumahannya.”
“Orang tua aku memang kaya,tapi sibuknya minta ampun.”
“Sabar ya Set.”
“Iya aku selalu sabar.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar