Rabu, 09 Maret 2011

Pulau Cinta 3


    Sejak aku masih berada didepan gerbang sekolah sampai aku sampai dikelas dan duduk manis,pasti ada saja yang mengucapkan selamat atas ulang tahunku,sebagian ada yang meminta makan-makan dariku.Uang pun tinggal sedikit,mana mugkin bisa untuk membiayai teman-temanku untuk makan,belum lagi jumlah teman-temanku yang begitu banyak.
      Ketika pulang sekolah,aku menghampiri Kak Rizky,ketua Drum band saat ini,untuk menanyakan perlombaan yang akan diadakan dalam waktu dekat ini.Aku belum memiliki baju khusus drum band dari sekolahku.Kami semua disarankan untuk meminjam baju khusus kepada senior kami yang kini telah duduk dibangku kelas 12.Perlombaan ini diadakan secara mendadak,senior belum terpikir untuk menempah baju khusus untuk anak-anak kelas 10.Kalau anak kelas 11-nya sih memang sudah ada,jadi ketika perlombaan nanti mereka tidak perlu meminjam baju milik senior.
“Dek,kamu coba cari kak Nadya,pinjam bajunya sama dia aja.”
“Iya kak,tapi udah pasti dikasih kan kak?”
“Iya,bilang aja disuruh kakak ya dek.Sekarang kamu siap-siap aja buat latihan.”
“Iya kak.”
      Kemudian kakak itu pun pergi keluar gerbang.Sepertinya dia tidak melihat kami latihan,mungkin sedang ada kesibukan diluar.Biasanya setiap hari selasa,kamis dan sabtu kakak itu selalu datang melihat kami latihan. Tapi berhubung kami sebentar lagi akan mengadakan lomba,maka latihan diadakan setiap hari sepulang sekolah,kecuali hari minggu.Kebetulan hari ini adalah hari senin,maka kak Rizky tidak melihat kami latihan.
      Aku menghampiri kak Nadya yang berada di kelas 12 ipa 2,untunglah kakak itu masih ada dikelasnya.Kak Nadya tergolong kurang rajin melatih kami setiap hari-hari latihan,tapi kakak itu sangat menguasai beragam pukulan senar.Aku tiab dikelasnya ketika ia masih menaruh buku kedalam loker yang berada dibelakang kelasnya.Aku mulai mendekatinya dan mulai kusapa.
“Kak Nadya”
“Iya?Ada apa dek?Kamu anggota drumband ya?”
“Iya kak,tadi Tyas udah jumpai kak Rizky,katanya Tyas pinjam baju seragam drum band sama kakak.”
“Oh iya,kebetulan ini ada diloker kakak,sebenarnya kakak bawa sejak kemarin.Ini dek bajunya.”
“Iya kak,mekasih ya.”
      Aku mengambil baju tersebut sambil memberikan senyuman kepadanya,lalu kemudian aku keluar dari kelasnya.Setelah keluar,aku berhenti sebentar dan duduk disalah satu bangku yang berada dikoridor sekolah.Aku memasukkan baju tersebut kedalam tasku.
      Ketika aku baru saja bangkit dari tempat duduk itu,kak Derry ternyata ada dihadapanku,padahal tadi rasanya tidak ada.Dia mengajakku beranjak kelapangan upacara untuk latihan drum band.
“Kamu ngapain disini,Tyas?”
“Tadi minjem baju seragam drum band sama kak Nadya dikelasnya.Kan seragam anak kelas sepuluhnya belum  dibikin kak.”
“Oh iya,ya udah kamu sekarang ke lapangan upacara deh,sebentar lagi latihan dimulai”
“Kakak juga dong,kan kakak yang ngelatih kami.”
“Iya maksudnya kita sama-sama kelapangannya loh Tyaaaaas.”
“Ya udah jangan marah lah kak.”
“Siapa yang marah?”
“Kakaklah,siapa lagi?”
“Mana ada kakak marah sama kamu.Ya udah yuk jalan kesana.”
      Kami pun jalan berdampingan menuju kelapangan upacara sambil berbincang-bincang dan bercanda,taulah kak Derry orangnya gimana,orangnya suka bercanda dan suka membuatku tertawa.
“Kamu mau kakak certain sesuatu,Tyas?”
“Emang mau cerita apa kak?”
“Waktu itu kakak sama temen-temen kakak kan pergi kepuncak pas hari libur,jadi macet disana.Jadi ada mobil yang asik mau motong jalan aja,padahal udah macet banget.Kalau dia motong,otomatis bisa bikin tambah macet.Dia udah berusaha buat motong tapi ga bisa-bisa.Terakhir,dia hampir berhasil motong,tapi karena kakak geram,kakak buka jendela mobilnya lebar-lebar,kakak bentangin tangan kakak sambil megang obeng.Kalau dia masih nekat juga,mobil bagian depannya bisa lecet.Gara-gara itu dia ga berani lagi mau motong,haha.”
“Hahaha.Ya ampun kak,kakak ini aneh-aneh aja,hahaha.”
      Kak Derry bercerita sambil memperagakan kejadian waktu itu,rasanya aku ingin selalu tertawa melihat tingkahnya.Dia selalu berusaha untuk membuatku tertawa,dan dia selalu berhasil,beruntunglah aku bisa mengenalnya.
      Sesampainya dilapangan upacara,ternyata mereka sudah berbaris,tapi belum memulai latihan,sekretaris masih mengabsen anggota yang datang.aku mengambil stick didalam tasku dan mengambil alat music drum band yang bernama senar didalam gudang alat music.Kemudian aku meminta izin memasuki barisan.
      Kami berlatih dengan serius karena waktu untuk tampil tinggal sebentar lagi.Senior kami mengawasi dan seringkali memarahi kami jika kami berlatih tidak serius.Beruntunglah aku dekat dengan kak Derry,jadi dia jarang memarahiku jika aku salah dalam memukul alat music yang kupegang.Padahal biasanya kalau sama junior yang lain,dia terkenal galak jika ada yang salah dalam memainkan alat music.
“Oke sekarang saatnya istirahat.Letakkan alat dibawah,jangan dimainkan sebelum waktu istirahat selesai.Waktunya 15 menit,terlambat satu menit satu seri.”kata Kak Derry.
      Kami semua mengikuti intruksinya,meletakkan alat dilapangan itu,dan langsung pergi meninggalkan lapangan.Aku dan semua teman-teman seangkatan drum band pergi kekantin bersamaan untuk membeli makanan kecil atau hanya sekedar duduk-duduk saja.Aku hanya membeli soft drink karena merasa sangat haus setelah panas-panasan dilapangan.
      Tak lama kemudian,suara bass berbunyi dengan kerasnya,itu pertanda bahwa kami semua harus kembali kelapangan untuk melanjutkan latihan.Untunglah soft drink milikku telah habis,jadi tidak mubazir.Kami berlari menuju lapangan upacara karena takut terlambat.Kalau telat satu menit saja,bisa-bisa disuruh push up sepuluh kali.Tidak ada seorangpun yang terlambat datang kelapangan,jadi hari ini tidak ada yang disuruh push up.
      Kemudian kami melanjutkan latihan yang tadi terhenti.Rasanya latihan hari ini benar-benar melelahkan,berbeda dengan latihan biasanya sebelum ada pengumuman tentang lomba.Pundakku serasa sakit sekali menyandang senar yang ada dihadapanku.Ingin sekali rasanya latihan hari ini cepat berakhir.
      Akhirnya waktu yang kunanti-nanti tiba juga,sekarang saatnya pulang.Langsung kulepaskan tali penyandang senar yang ada dihadapanku karena rasanya sudah sakit sekali.Kak Rizky,selaku ketua Drum Band menutup latihan hari ini.
“Baiklah,sebelum kita pulang,ada baiknya kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing.”
      Kami semua menundukkan kepala kami untuk berdoa kepada Yang Kuasa,lalu kemudian kak Rizky menutup doa dengan mengatakan “selesai”.Kami semua menaikkan kepala dan mengusapkan kedua tangan kami kepermukaan wajah sebagai tanda bahwa doa telah selesai.
“Nanti,kalau udah sampai rumah,istirahat cukup,jangan lupa belajar,kirim salam sama orang tuanya ya.Jangan ada yang masih ada disekitar sini,nanti kami juga yang kena sama pihak sekolah.”Kak Rizky berkata didepan kami.
“Eh tunggu dulu Ky,aku mau ngomong.”Tiba-tiba saja Kak Derry muncul kehadapan kami semua
“Khusus buat Tyas,kamu ada ngambil handphone kakak?Tadi kak Rizky saksinya.”Kata kak Derry.
“Ha?Mana ada kak,Tyas aja gak tau dimana hp kakak.”Aku berusaha membela diri.
“Udah kamu ngaku aja,tadi jelas-jelas si Rizky lihat kamu ngambil sesuatu dari tas kakak.”
“Ya Allah,sumpah gak ada loh kak.Tas Tyas memang letaknya disamping tas kakak,tapi Tyas gak ada bongkar-bongkar tas kakak.”
“Gak usah sok membela diri kamu,Tyas.Kakak yakin hp kakak sekarang lagi kamu sembunyiin.”
“Ah ya udahlah ga usah percaya.”
“Memang gak percaya kakak.Gimana kalau kakak bongkar tas kamu sekarang?Kalau misalnya kedapatan,konsekuensinya apa?”
“Ah terserahlah.”
“Coba periksa tas si Tyas,Ki.”
      Kak Rizky memeriksa tasku dihadapanku ,senior,dan semua teman-temanku.Aku tidak takut,karena aku memang tidak ada menyentuh handphonenya.
“Ini apa?Kakak lihat ini didalam saku tas kamu,Tyas!”Kak Rizky membentakku.
“Khusus Tyas,setelah kakak balik kanankan,dapat menemui kakak didepan sini,balik kanan gerak!”Perintah kak Derry.
      Aku pun membalik kanankan badanku,dan berjalan menemuinya didepan sesuai dengan perintahnya.Aku hanya senyum-senyum saja,batin hatiku berkata bahwa mereka pasti sengaja ingin mengerjaiku.Padahal tadi aku lihat sendiri,kak Derry sengaja meletakkan handphonenya sendiri kedalam tasku.Berarti bukan salahku dong.
“Kenapa kamu senyum-senyum,Tyas?”Tanya kak Derry sambil membentakku.
“Masih mending senyum,dari pada nangis,ngaduh ke mama,nanti kakak yang repot.”
“Oh berani ya kamu melawan kakak?”
“Nggak juga ah.”
“Memang keras kepala banget kamu ya.Sekarang kakak tanya kenapa handphone kakak bisa ada didalam tas kamu?”
“Karena kakak yang taruh didalam situ.Kakak pikir Tyas gak lihat?Hahaha.”
“Heh diam kamu,jangan ketawa!”
“Udah tau Tyas,basi tau kak.”
“Kamu berani banget nuduh kakak yang naruh handphone itu kedlaam tas kamu!Kamu punya bukti apa?”
“Sekarang Tyas tanya,apa buktinya kalau Tyas yang nyembunyiin handphone kakak didalam tas?”
“Mati kita Ky,rupanya pintar juga si Tyas.”Kata kak Derry sambil menepuk pundak kak Rizky.
“Ah itulah kau bodoh,si Tyas kan anak aksel,pintar,mau kau bodoh-bodohi pula.Terakhir kau yang dibodoh-bodohi balik sama dia kan?”Ejek kak Rizky.
“Oke,sebagai hukuman karena kamu tadi lihat kakak naruh hp kakak ditas kamu,baris-berbaris kamu kakak tes dulu.”Perintah kak Derry.
“Alah,udah sore gini pun.Udah capek tau,apalah kakak ini.”
“Berani kamu membantah senior?Apa bunyi pasal satu,Tyas?”
“Senior tidak pernah salah.”
“Ha,ya udah berarti kakak selalu benar,janganlah dibantah-bantah.”
“Iyalah,terserah.”
“Sekarang kakak tes ya baris-berbaris kamu.Siap gerak!”
“Alah kak,udahlah,pulanglah.Yang lain aja udah pada pulang.”
“Heh diam kamu.Siap gerak!”
      Dengan perasaan terpaksa aku mengikuti intruksinya.Kesal banget tau,semua udah pada pulang,sedangkan aku diginiin.Apa coba salahku?Batin hatiku berkata,”Taulah kalau aku ini cantik,pintar,banyak fansnya,tapi nggak gini juga kali.”
“Balik kanan,hadap kanan,hadap kiri,balik kiri”
“Siap ulangi kak!”
“Oh pintar ya,dengar juga intruksi balik kirinya,kirain nggak dengar.”
“Ah udah lah,pulang ajalah.”
“Heh,jangan melawan.Kamu mau nggak ikut lomba,ha?”
“Eh janganlah kak,iya deh nggak jadi pulang.”
“Oke,sekarang balik kanan gerak!”
      Aku mengikuti intruksinya lagi.Sebenarnya sangat-sangat malas.Tapi apa mau dikata,dia senior,bisa saja dia tidak mengizinkanku untuk mengikuti lomba.Oh tidak,percuma dong selama ini aku latihan kalau tidak ikut lomba.Aku membalikkan badanku,kali ini aku membelakangi kak Derry.
“Happy birthday to you,happy birthday to you….”
      Semua teman-teman dan senior berada dihadapanku sambil menyanyikan lagu “Happy Birthday”.Astaga,aku saja hampir lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunku,dan aku juga hampir lupa berapa umurku.Namun mereka semua mengingatkanku,betapa perhatiannya mereka padaku,jadi terharu deh.
      Rani,temansebangkuku membawa sebuah kue ulang tahun ditangannya,diatas kue tersebut ada lilin berbentuk angka 15.Saat ini kue tersebut ada dihadapanku dan Rani,mereka semua menyuruhku meniup lilin tersebut.Oalah,basi banget,setiap ulang tahun tiup lilin dan potong kue.
“Tiup lilinnya,tiup lilinnya…”
      Aku meniup lilin yang berbentuk angka 15 dengan perlahan.Kak Derry mengambil gambarku dengan handphonenya dari samping kananku.Mereka semua menepukkan tangannya setelah lilin yang kutiup mati.
“Potong kuenya… potong kuenya….”
      Oalah,potong kue lagi.Malasnya,tapi ya udahlah,biar mereka senang.Aku mengambil pisau pemotong kue yang ada ditangan kak Rizky.Ketika aku memotong kue yang ada dihadapanku,kak Derry memfotoku lagi dari sebelah kananku.
“Esseh,potongan kue pertamanya buat siapa Tyas?”Tanya Rani.
      Aku tidak menjawab pertanyaan Rani,langsung saja kumakan sendiri potongan kue pertamanya.Semua teman-temanku dan senioren menertawaiku dan ada juga sebagian yang marah-marah gara-gara aku makan kue itu duluan.Haha,emangnya kuenya mau dikasih ke siapa?Lebih baik untukku saja,perut pun kenyang.
      Namun tiba-tiba saja mereka menyerbuku dan mengoleskan krim-krim kue padaku.Astaga,inilah yang sangat tidak kuinginkan,wajahku penuh dengan krim.aduh gimana nanti ya aku pulangnya?Hari ini aku kan tidak membawa motor maticku,soalnya tadi pagi hujan deras dan aku diantar oleh papa.Nanti naik angkutan umum,bisa-bisa orang sekelilingku menjauhiku gara-gara aku seperti ini.Oalah,sialnya.
      Aku kembali membalas perbuatan orang-orang yang mengolesi krim kue padaku tadi.Namun sialnya,mereka malah kembali membalasku,makin bertambah deh krimnya.Tak lama kemudian permainan ini berakhir,kue telah habis.Kemudian,aku berlari ke toilet untuk membersihkan wajah dan jilbabku.
      Akhirnya wajah dan jilbabku kembali bersih,namun masih saja lengket dan membekas.Aku mengambil tas dan berjalan sendiri kegerbang sekolah.Namun ditengah jalan,sebelum aku sampai digerbang sekolah,kak Derry menghampiriku dengan mobil sedannya,kemudian dia membuka kaca mobilnya dan menyapaku.
“Tyas,pulang naik apa?Yuk kakak antarin pulang.”
“Gak usah kak,nanti kakak pulangnya kesorean,rumah kita kan dari ujung ke ujung.”
“Udah gak papa,kakak kan naik mobil.Harusnya kamu yang dikhawatirin,anak cewek gak baik pulang sendiri sore-sore,naik angkutan umum lagi.”
“Ah seganlah kak,nanti dikira orang rumah,Tyas pacaran sama kakak.”
“Emangnya kenapa?Gak masalah loh.”
“Yakin?Nanti nyesal pula.”
“Iya yakin,masuk aja.”
“Oh okelah,haha.”
      Aku membuka pintu mobilnya dan duduk disampingnya.Bagus banget jiwa mobil ini,suhu didalam sudah tinggi,kebetulan aku sedang kepanasan.Kak Derry kembali mengajakku mengobrol,sedikit-sedikit dia mengejekku karena tadi wajahku penuh dengan krim kue.
“Tadi kamu kok bisa lihat sewaktu kakak masukin handphone kakak kedalam tas kamu?”
“Iyalah,tadi ditengah jalan sewaktu mau kekantin,Tyas balik lagi kelapangan,mau ngambil dompet.Karena tadi Tyas lihat perbuatan keji kakak,Tyas gak jadi ngambil uangnya,Tyas pinjam uang si Rani aja.”
“Yah,sayang banget ya,harusnya kan kamu terkejut tadi.”
“Taktik yang gituan udah basi kali kak.”
“Iya juga ya.Oh iya,rumah kamu yang mana nih?”
“Yang itu kak,yang sebelah kiri,pagarnya warna hitam.”
      Sesampainya didepan rumah,aku berterima kasih pada kak Derry karena sudah mengantarkanku pulang.Kak Derry tersenyum padaku,ia selalu menebarkan senyumannya itu padaku hampir setiap hari ketika bertemu denganku.
      Aku langsung mandi karena merasa sudah gerah setelah latihan tadi sore.Ketika aku mandi,terdengar hpku berbunyi dari dalam kamar,pertanda ada yang meneleponku.Ketika berhenti,aku sudah merasa tenang,namun tak lama kemudian,ada yang meneleponku lagi,berulang-ulang hpku berbunyi dengan nada yang sama .Aku tidak tau siapa yang meneleponku berulang kali,tumben-tumbenan,biasanya tidak pernah ada yang meneleponku sampai segitu lamanya dan berkali-kali.Atau mungkin,penelepon itu adalah orang yang berbeda-beda yang meneleponku secara bergantian.
      Aku semakin penasaran dengan penelepon itu.Cepat- cepat aku menyabuni tubuhku dan membasuhnya dengan air.Setelah selesai mandi,aku bergegas mengambil handphone yang sampai sekarang masih berdering.Aku mengangkatnya dan terdengar suara sapaan dari sana.
“Halo,kamu Rina kan?Kamu kok lama banget angkat teleponnya?”
“Maaf,kamu siapa?Aku bukan Rina,mungkin kamu salah sambung.”
“Ha?Jadi ini bukan nomor Rina?”
“Ya iyalah,ini Tyas,bukan Rina.Emang kamu dapat nomor aku dari mana?”
“Ini nomor Rina 3 tahun yang lalu.Kupikir dia masih pakai nomor yang ini,ternyata sudah tidak lagi.”
“Oh,waktu itu aku yang minta ke operatornya supaya nomor ini jadi milikku,ada tanggal lahirku dinomor ini,kebetulan nomor ini tidak ada yang punya.Mungkin Rina yang kamu maksud udah nggak menggunakan nomor ini lagi.”
“Iya mungkin ya,maaf ya kalau aku ganggu.”
“Iya sih ganggu,tadi aku lagi mandi,tapi gara-gara kamu nelfon aku berulang kali,aku jadi penasaran dan cepat-cepat sabunan,haha.”
“Ya ampun sampai segitunya.”
“Dasar,nggak menghargai,huh.”
“Apa kamu bilang?”
“Nggak,udah lewat.”
“Oh iya,ngomong-ngomong kamu kenal sama Rina,nggak?Nama panjangnya Rina Ardyanti.”
“Siapa itu?Gak kenal.Emangnya dia anak mana?”
“Aku ga tau dia sekarang dimana.Dulu kami sama-sama tinggal di Aceh,tapi dia tiba-tiba pindah ntah kemana tanpa ngabarin aku.Dari dulu sampai sekarang aku masih simpan nomor ini.Kalau aku tiba-tiba teringat dia,aku coba hubungi nomor ini,namun selalu gagal.Baru kali ini aku bisa hubungi nomor ini,tapi ternyata yang punya bukan Rina lagi.”
“Sabar ya,emang Rina itu siapanya kamu?Pacar kamu?”
“Dulunya iya,tapi dia gantungin aku,dia pergi ntah kemana tanpa ngasih kabar ke aku.Kata teman-temannya sih dia pindah keluar negeri.”
“Ya ampun teganya dia sama kamu.”
“Iya,bahkan terkadang aku masih memikirkannya.Diantara kami tidak pernah ada kata putus,tapi kami sama sekali tidak pernah berjumpa dan berkomunikasi lagi setelah dia pindah.”
“Sabar ya…. Eh siapa nama kamu?Aku bingung mau panggil kamu apa.”
“Namaku Satya.”
“Apa?Yang waktu itu terjebak dipulau?”
“Ha?Maksud kamu apa?”
“Eh,enggak.Bukan.Ga ada maksud apa-apa kok.”
“Oh,kirain apaan.Ternyata kamu enak ya diajak ngobrol,Tyas.”
“Kamu kok tau namaku?Dari mana?”
“Kan kamu sendiri tadi yang bilang sama aku,dimenit-menit pertama.”
“Oh iya ya,haha,aku lupa.Maaf ya.”
“Iya ga apa apa.Ngomong-ngomong,kamu udah pakai baju apa belum?”
“Ha?Aku kupa.Yaampun.Untung kamu ingetin,aku pakai baju dulu ya Satya,nanti kapan-kapan lanjut deh ngobrolnya.”
“Iya,awas diintip semut ya,bye”
      Dia memutuskan sambungan teleponnya tiba-tiba ketika aku ingin bicara.Ada-ada aja deh,masa’ aku diintip semut?Tapi bener juga deh ya,kalau ada semut disini,dia pasti ngintip aku.Udah deh,masa bodo,mana peduli semut kalau lihat aku telanjang.
      Aku pun berpakaian,sisiran,dan memakai krim malam.Kemudian aku mengerjakan pekerjaan rumahku yang begitu banyaknya.Setelah tugasku selesai,sekitar jam 9 malam,aku online sebentar,update status di twitter dan bbm.Aku ceritakan tentang orang yang salah sambung tadi di twitter.Banyak juga yang retweet dan bertanya padaku,terutama teman-temanku.
      Aku merasa sepertinya aku kenal dekat dengannya, rasanya aku pernah kenal dengannya,tapi dimana ya?Ah,mungkin hanya perasaanku saja.Aku masih benar-benar penasaran dengan dia,namanya Satya,sama seperti Satya yang waktu itu terjebak dipulau bersamaku.Rasanya kejadian dipulau itu bukan hanya mimpi,malah seperti kenyataan.Ah sudahlah,aku pusing jika mengingat hal itu lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar