Selasa, 29 Maret 2011

Dia Bagiku

Dia adalah seseorang yang sangat kucintai dan juga sangat mencintaiku.

Dia salah satu orang yang sangat berharga dalam hidupku.

Aku sangat merasa beruntung sekali memilikinya.
Hal itu karena dia selalu ada untukku dan selalu ingin membuatku tersenyum bahagia,dia sangat tidak ingin aku bersedih dan tersakiti.

Dia selalu menerimaku apa adanya,selalu mencintai kelebihan dan kekuranganku.
Moment indah bersamaku,tak pernah ia lupakan,bahkan dia merasa rugi jika hal itu ia lupakan.

Ketika tidak berjumpa denganku,dia begitu merasakan kerinduan yg mendalam,sama halnya denganku.Sehari saja tidak bertemu dengannya,kerinduan itu rasanya semakin mendalam dan hanya dapat diobati dengan pertemuan.

Dia tidak inginkan pasangan yang lain kecuali aku.hanya aku yang diinginkannya,begitupun dengan aku yang sangat tidak menginginkan orang lain untuk jadi pasanganku,kecuali dia.

Dia marah ketika mengetahui aku dekat dengan laki-laki lain,karena dia sangat takut aku direbut dan tidak menjadi miliknya lagi.Sebenarnya aku juga begitu ketika dia dekat dengan perempuan lain,tapi aku cenderung diam dan tetap percaya padanya bahwa dia tidak akan pernah mengkhianatiku.

Dia sangat berharap kalau aku akan menjadi cinta terakhirnya.Begitupun aku,aku sudah sangat yakin untuk menjadikannya teman hidupku nantinya.Jarang kutemukan cinta tulus dari laki-laki.Hanya darinya kurasakan cinta yang sebenarnya.

Dia adalah laki-laki yang hebat,yang tetap dapat tersenyum dan tertawa meskipun sangat berat masalah yang dihadapinya.Bahkan pada akhirnya dia menganggap semua masalah yang menimpanya adalah masalah biasa dan memang takdirnya.

Dia adalah seseorang yang mandiri,yang tidak ingin menyusahkan orang tuanya.Bahkan dia membeli ‎​ sendiri dengan hasil tabungannya dan juga ia membayar uang sekolah dengan uang jajan yang dikumpulkannya.Bangga sekali rasanya memilikinya.

Dia adalah laki-laki yang mempunyai pengetahuan yang 'lumayan' luas alias pintar,dan memiliki jiwa kepemimpinan.Aku yakin dia akan menjadi imam yang baik suatu hari nanti.

Hal ini yang membuatku lumayan 'nyesek'.Dia adalah laki-laki yang berwajah 'manis' apalagi ketika dia tersenyum.Dan kalau udah bergaya kelihatan gantengnya.Hal itu membuat banyak perempuan yang menyukainya dan mereka membenciku karena aku telah memilikinya.

Banyak hal-hal baru yang belum pernah kulakukan dengan mantan2 pacarku,tetapi sudah kulakukan dengannya.Seperti merayakan hari jadian setiap bulannya,mengatakan I Love You ketika pulang sekolah (karena setelah pulang kami tidak akan berjumpa lagi,dan dapat bertemu lagi dihari esok),memasakkannya makanan,kejar-kejaran,smsan/bbman sepanjang hari,dan masih banyak lagi.


Aku nggak tau lagi deh gimana cara ngungkapin perasaanku ke dia,karena rasa cintaku ini sudah besaaar banget.

Rabu, 09 Maret 2011

Pulau Cinta 4


      Tak terasa 2 minggu sudah berlalu,kini tiba saatnya lomba Drum Band antar sekolah dilaksanakan.Aku terpaksa merelakan hari mingguku untuk penampilan ini,karena sudah susah payah aku dan teman-teman lainnya berlatih untuk perlombaan ini.
      Pagi-pagi sekitar jam setengah 7 aku sudah bergegas berangkat ke sekolah dengan seragam grup Drum Band sekolahku.Para anggota disuruh berkumpul terlebih dahulu disekolah untuk pengabsenan,dan latihan sebentar,berhubung acaranya dimulai jam 9 pagi.
      Sesampainya disana,kami dipersilahkan mengambil alat music masing-masing lalu kami berlatih dengan semangatnya.Hari ini adalah hari penentuan perjuangan kami selama ini.Kalau menang,hadiahnya lumayan.
      Sekitar pukul 8,kami sudah berhenti latihan untuk yang terakhir kalinya sebelum lomba.Kemudian kak Rizky menyuruh kami menyusun alat-alat music yang akan dimainkan saat lomba nanti diatas sebuah truk yang sudah disewa.Lalu para anggota diintruksikan untuk menaiki bis sekolah yang sudah menunggu.Kami menggunakan 2 bus yang masing-masing bermuatan 20 orang.
      Dengan ceria kami menaiki bis sekolah tersebut. Didalam bus,aku memilih tempat duduk ditengah-tengah, namun tidak ada yang mau duduk disampingku,mereka sudah memiliki teman duduk masing-masing.Bahkan Rani ,teman baikku,duduk dengan Vito,pacarnya yang pemain bass di grup Drum Band kami.
“Kakak duduk disini ya.”
      Terdengar olehku suara yang tidak asing lagi,sudah pasti itu kak Derry.Dia langsung saja duduk disampingku, padahal aku belum mengizinkannya duduk disitu.Tapi ya sudahlah,lagi pula dia tidak menggangguku.
“Kakak punya sesuatu buat kamu,”kata Kak Derry.
“Emang apaan kak?”tanyaku.
“Nah,ini dia,”jawabnya sambil memegang coklat yang diambil dari tasnya.
“Buat Tyas?”
“Iya dong,jadi buat siapa lagi?”
“Tapi nanti Tyasnya gendut kalau makan coklat kak.”
“Ga apa-apa,kan sekali-sekali sih.Ini hadiah ulang tahun kamu yg kemaren,kakak lupa nyiapin kado buat kamu.”
“Iyadeh,thanks ya kak.”
“Oke sama-sama.”
      Aku menaruh coklat pemberian kak Derry kedalam tas kecilku.Didalam tas itu hanya terdapat HP,dompet,dan stick drum.Kak Derry melihatiku ketika aku memasukkan hadiah darinya kedalam tasku.
“Nanti kamu ya yang makan coklat itu,kakak belinya dengan sepenuh cinta,jangan di sia-siain ya,”tiba-tiba saja kak Derry menyerocos.
“Ha?Dengan cinta?”Tanyaku seakan tak percaya.
“Iya dong,dengan cinta dan kasih sayang yang tulus.”
“Tyas,kakak boleh nanya sesuatu?”
“Boleh kak,emangnya mau nanya apaan?”
“Kamu mau jadi pacar kakak?Kakak udah lama juga ngincar kamu.”
“Apa?Kakak gak salah?”
“Iya,gak salah kok.Kakak serius nih.Kamu kok kayak gak suka gitu?Kamu udah puya pacar ya?”
“Enggak sih kak,belum punya.Tapi Tyas terkejut aja.Kok bisa-bisanya kak Derry ngomong nanya gitu.”
“Kamu gak percaya sama kakak?Kakak sayang banget sama kamu Tyas.”
“Tyas juga sayang sama kakak sih.”
“Beneran kamu sayang sama kakak?Alhamdulillah.Gak sia-sia kakak memendam rasa cinta ke kamu.”
“Iya Tyas sayang sam kakak,tapi hanya sebagai kakak kelas aja,bukan buat dijadiin pacar kak.”
“Kenapa gitu?”
“Sebenarnya udah ada yang Tyas harapkan,meskipun Tyas gak tau dia nyata atau enggak,dan gak tau dia dimana,Tyas juga gak tau dia juga mengharapkan Tyas atau enggak.”
“Ha?Emangnya siapa dia?”
“Namanya Satya,Tyas seakan dekat sekali dengannya.Tyas ketemu dia didalam mimpi,entah kenapa Tyas begitu yakin kalau Tyas akan ketemu dia didunia nyata,bukan hanya didalam mimpi.”
“Kamu jangan terlalu mengharapkan yang gak pasti,nanti kamu malah sakit hati.Emangnnnya kenapa sama kakak?Kakak gak pantas ya buat kamu?”
“Bukannya gitu kak,tapi Tyas sayang sama kakak sebagai kakak kelas Tyas,senior Tyas.”
“Ya udah deh kalau gitu.Sebenarnya sampai kapan pun kakak akan tetap mengharapkan kamu,Tyas,kamu begitu sempurna dimata kakak.”
“Ha?Apanya yang sempurna kak?Gak ada didunia ini manusia yang sempurna kak.”
“Sebenarnya kakak hanya inginkan kamu.”
“Kak,kakak jangan kecewa sama Tyas ya.Kakak jangan benci sama Tyas karena Tyas nggak bisa mencintai kakak.”
“Iya gak apa-apa kok,yang penting kakak lega udah nyatain perasaan ini ke kamu.”
      Setelah itu kami diam seribu bahasa,tanpa berbicara sedikitpun sampai tiba dikantor Gubernur.Aku sama sekali tidak menyangka kalau selama ini kak Derry menyimpan rasa padaku.Kukira kebaikannya selama ini hanya karena aku adalah juniornya di drum band.
      Semoga dia tidak marah padaku dan menjauhiku.Aku tidak mau dibenci hanya karena aku menolak cintanya.Aku lebih senang menganggapnya sebagai seniorku dibandingkan menjadi pacarku.
      Tak lama kemudian,sampailah kami di kantor gubernur.Gedungnya besar sekali dan halamannya begitu luas,pantas sajalah acaranya diadakan disini.Ternyata sudah banyak grup drum band dari sekolah lain yang sudah datang.Mereka tampak keren dan sempat membuatku minder.Tapi aku harus tetap optimis,grup drum band dari sekolahku pasti menang.
      Kami dibariskan dihalaman belakang kantor gubernur, alat-alat kami kumpulkan disitu dan disusun rapi.Kak Rizky mencabut nomor urut untuk tampil dalam perlombaan ini.Sekembalinya kak Rizky dari tempat pencabutan nomor,dia mengumumkan bahwa nomor urut grup drum band kami adalah 2.
      Tibalah acara dimulai,MC mulai memberitahukan bahwa lomba akan dimuai.Nomor urut pertama didapat oleh SMAN7,mereka tampil dengan sangat bagus dan memukau.Ketukan-ketukan alat music yang mereka pukul terdengar indah.
      Berhubung sebentar lagi giliran kami yang tampil, para senior pendamping kami menyuruh kami bersiap-siap untuk tampil.Kami semua mengambil alat music masing-masing.
      MC mempersilahkan kami untuk tampil didepan juri.Kami berjalan kedepan juri sambil membunyikan alat music sesuai seperti saat kami latihan tadi pagi.Ketika tiba didepan juri,mayoret mengintruksikan kami untuk berhenti memainkan alat music.
Kak Deny,mayoret utama drum band sekolahku meminta izin kepada juri agar kami bisa memperlihatkan permainan drum band dari sekolah kami.Setelah diizinkan,kami memulai aksi kami.Kak Deny mengintruksikan agar kami mulai memukul alat music yang kami pegang.
“1..2.3..4..1..2..3..ya..”perintahnya kepada kami sambil menaikkan jari telunjuk kanannya,pertanda kami harus memainkan kavleri 1.
Kami mengikuti intruksinya,kak Yuni dan kak Jessika selaku mayoret kedua dan ketiga memainkan tongkat yang mereka pegang dengan hebatnya.Mereka memang sudah hampir 2 tahun menjadi mayoret sampai akhirnya mereka semahir itu.
Semua mata tertuju pada kami,banyak yang terpukau melihat aksi kami.Pukulan yang kami ciptakan mampu membuat penonton dan juri terpukau,bahkan banyak yang merekam aksi kami.
Kini saatnya juri berkomentar,wah wah bikin deg degan.
“Menurut saya,permainan kalian bagus sekali.Saya sampai bilang wah ketika kalian memainkan alat-alat music itu.Mayoretnya sepertinya sudah sangat mahir memimpin anggotanya,permainan tongkatnya bagus sekali,saya suka itu.”
Juri yang satunya lagi berkomentar ketika juri pertama selesai mengomentari kami.
“Saya setuju dengan pendapat yang tadi,saya suka sekali melihat kalian.Pukulan baru yang kalian ciptakan bagus banget,pemain bass atraksinya juga luar biasa,pemain blira juga murni ga ada yang salah ketika memainkan lagu.Lagu yang kalian ciptakan pun enak sekali.Hanya saja,mungkin karena gugup ada sedikit yang mungkin salah pukul,tapi hanya sedikit.Menurut saya,kalian sudah bagus dan pantas sekali menjadi pemenang,”katanya sambil mengacungkan jempol.
      Setelah kami selesai tampil,kami beranjak dari arena tampil ke halaman belakang kantor gubernur.Disana,kami duduk-duduk di taman dan dipersilahkan istirahat.Kak  Mira, selaku ketua sie.bid konsumsi membagikan kami makanan dan minuman,dibantu oleh anggota-anggotanya.
      Setelah menghabiskan makananku,aku berjalan-jalan mengelilingi kantor gubernur ini sambil menyandang tas kecilku.Banyak sekali grup drum band yang mengikuti perlombaan ini,seragamnya juga beragam warna,bentuk,dan motifnya.
      Aku melihat-lihat seragam dari grup drum band dari sekolah lain sambil berjalan.Tanpa sadar,aku menabrak sesosok cowok yang memakai seragam drum band juga.Aku tidak tau dia dari sekolah mana,tapi aku merasa wajahnya tidak asing bagimu.Aku berusaha mengingat kapan aku pernah bertemu dengannya,hany samar-samar yang terlintas diotakku,aku tidak dapat mengingat seluruhnya.
“Aduh,”kami sama-sama mengatakan kata itu.
“Maaf,maaf,gak sengaja.”aku berusaha meminta maaf padanya.
“Harusnya aku yang minta maaf,aku jalan gak lihat-lihat,”katanya berusaha meminta maaf juga padaku.
“Eh tapi aku juga nggak lihat-lihat jalan.Aku aja yang minta maaf.”
“Ya udah kita sama-sama minta maaf.”
      Kami bersalaman sambil berkata “maaf”.Agak aneh memang,sebelumnya aku dan dia belum pernah kenal,tapi tiba-tiba dipertemukan dengan kondisi seperti ini.
Aku ingat sekarang,dia mirip dengan Setya yang ada dimimpiku.Astaga, apa jangan-jangan dia yang kulihat di perempatan ketika lampu merah itu?Kuharap dia memang lah Setya yang ada dimimpiku.
“Kamu dari sekolah mana?”tanyanya padaku.
“Aku dari SMA 2,kamu?”aku bertanya kembali padanya.
“Kalau aku dari SMA 1.Ternyata sekolah kita hampir dekat ya.”
“Oh,cuma hampir,tapi kan gak terlalu dekat.”
“Anggap aja dekat,haha.”
“Haha,ada-ada aja ya kamu.”
“Aku kayak pernah dengar suara kamu,tapi kapan ya?Lupa.”
“Aku juga kayak pernah dengar suara kamu ditelepon,tapi agak beda dikit.”
“Haa…iya..aku baru ingat,aku pernah dengar suara kamu di telepon juga.Ngomong-ngomong nama kamu siapa?”
“Nama aku Tyas,kamu?”
“Ha?Tyas?Udah gak salah lagi ini.Kamu yang waktu itu aku kira Rina kan?Terus kamu jadi teman curhat aku waktu itu.Haha,kebetulan banget.”
“Jadi kamu yang namanya Satya?Ya ampun,aku gak nyangka banget,ini kebetulan yang sangat luar biasa.”
“Kamu kok jalan-jalan sendiri gini?Kenapa gak sama temen kamu aja?”
“Gapapa,lagi pengen sendiri aja,kamu juga kenapa sendiri?”
“Aku gak tau,rasanya kayak ada panggilan.Mungkin pangilan buat ketemu kamu ya.Haha.”
“Haha,iya mungkin.Ngomong-ngomong,sehabis kita telfonan waktu itu,kamu kok gak hubungi aku lagi?”
“Aku ragu mau nelfon kamu,takutnya kamu gak mau angkat lagi.Maaf ya kalau waktu itu aku ganggu kamu.”
“Ha?Ya enggak dong,aku malah senang.Soalnya terkadang aku juga merasa kesepian.”
“Kok kesepian?”
“Soalnya temen aku udah punya pacar,jadi dia sibuk dengan pacarnya itu.Udah gitu,aku udah lama putus dari mantan pacarku,dia pindah keluar kota dan gak tahan menjalani LDR.”
“Wah,kita sama-sama ditinggal pergi ya,tapi kalau aku ditinggal keluar negri,kamu keluar kota.”
“Hehe,iya.”
“Ngomong-ngomong waktu itu kamu langsung pakai baju apa enggak?haha”
“Ya iyalah,jadi aku mau ngapain lagi kalau nggak pakai baju?Ada-ada aja deh kamu ini”
“Ya mana tau kamu lupa pakai baju.”
“Kamu ini aneh ya,mana mugkin aku lupa pakai baju.”
“Kan aku cuma bilang MANA TAU.”
“Ya udah jangan marah dong,kamu itu jelek kalau marah-marah.”
“Berarti kalau lagi gak marah,aku ganteng dong?”
“Iya juga sih,lumayan ganteng.Tapi anggap aja deh jelek.”
“Ih,enak aja kamu.Kamu itu yang jelek.”
“Ya udah biar adil,aku cantik,kamu jelek.Haha.”
“Curang!Itu nggak adil dong.Biar adil,aku ganteng,kamunya cantik.”
“Ah masa’ sih aku cantik?”
“Ih dasar kepedean.”
“Biasa aja dong ngomongnya.”
      Kami mengobrol dengan asyiknya.Aku merasa sangat nyaman ketika aku berada didekatnya dan bercanda dengannya.Cara bicaranya pun lembut,tidak kasar,dan menyenangkan sekali bercanda dengannya.
“Tyas!”Tiba-tiba seseorang memanggilku dari belakang,ternyata kak Derry.
“Iya ada apa kak?”Tanyaku.
“Dia siapa?”
“Oh,dia Setya kak,dari SMA 1.”
“Kamu kok bisa kenal dia?”
“Panjang deh ceritanya kak.Emang ada apa sih kak,kok nanya-nanya gitu?”
“Gak apa-apa.Kamu mau pulang sama kakak,nggak?”
“Nggak usah kak,Tyas pulang sendiri aja.”
“Yakin nih?”
“Iya kak,kakak pulang duluan aja.Lagian aku masih mau nunggu pengumuman pemenangnya.”
“Ya udah deh,bye,kamu bilang ya kalau dia macam-macam sama kamu.”
      Kak Derry pergi begitu saja.Dari tadi kak Derry melihati Setya dengan sinisnya.Astaga,apa jangan-jangan kak Derry gak suka sama Setya?Apa dia cemburu?Astaga,jangan sampai deh.
“Itu tadi siapa kamu?”Tanya Setya padaku.
“Itu senior aku.Dia tadi nembak aku di bus,tapi aku tolak.Aku gak suka sama dia.”
“Loh kenapa?Kamu tadi bilang kalau kamu kesepian,gak punya pacar,tapi kenapa kamu tolak?Kan dia ganteng juga.”
“Tapi udah ada yang aku harapkan.”
“Kalau aku boleh tau,siapa itu?”
“Aku juga gak tau dia siapa.Agak samar jika kuingat itu semua.Aku ketemu dia didalam mimpi.Rasanya mimpi itu begitu nyata.Seingatku namanya Setya dan mirip banget sama kamu.Aku ketemu orang itu dipulau yang indah sekali tanpa penghuni.Disitu ada rumah besar yang bagus banget,isinya lengkap,tapi gak ada orangnya.Sewaktu aku mau masuk kedalam rumah itu,aku ketemu sama orang itu.”
“Aku kayak pernah ngalamin mimpi yang sama kayak kamu.Tapi coba deh kuingat lagi.”
“Serius kamu juga mimpi seperti itu?”
“Aduh,kepalaku pusing nih.Aku gak bisa ingat itu semua.Coba kamu certain lagi sama aku gimana mimpi kamu,mana tau aku ingat.”
“Aku juga selalu pusing setiap berusaha mengingat itu.Sehabis aku mimpi itu,aku masih bisa ingat semuanya ketika bangun tidur.Tapi lama-lama aku jadi lupa dan susah untuk mengingatnya.”
“Tunggu dulu.Aku ingat sekarang.Dalam mimpiku,terakhir kali kita bersama sewaktu kamu tidur dipundak aku,terus aku juga ngantuk dan tertidur didekat kamu.Setelah itu aku bangun,rasanya masih penasaran juga sih sama mimpi waktu itu.Aku pikir,nggak mungkin semua itu bisa terjadi,dan gak mungkin juga aku bisa ketemu sama kamu didunia nyata ini. Sebenarnya aku gak ingat sama nama cewek yang ada dimimpi aku itu.Tapi entah kenapa aku yakin kalau kamu adalah cewek itu.”
“Kok bisa ya kita sama-sama mimpi gitu?”
“Aku juga gak tau.”
“Aku juga masih heran,kenapa kita bisa dipertemukan?Bukan hanya didalam mimpi,tapi didunia nyata juga.”
“Nggak tau.Oh iya,kamu udah makan,belum?”
“Udah sih,tapi cuma makan roti.”
“Gimana kalau kita makan didekat sini?Didekat kantor gubernur ini kan ada mall.”
“Naik apa kesananya?”
“Tenang aja,aku bawa mobil.”
“Oh,oke deh.”
      Aku mengikutinya berjalan menuju parkiran mobil.Berhubung tidak diperbolehkan memarkir kendaraan dihalaman kantor gubernur,Setya memarkirkan kendaraannya dimesjid yang terletak disebelah kantor Gubernur.
“Ayo naik,”katanya dari dalam mobil sedan yang mewah itu.
“Ini mobil kamu?”tanyaku.
“Iya,jadi mobil siapa dong?Kan gak mungkin aku nyuri.”
“Mewah banget,gak salah kamu naik ini?Orang tua kamu kok ngizinin?”
“Soalnya mobil yg ada dirumah hanya ini,selain itu dipakai papa,kak Ade dan kak Gerry.”
“Ya ampun,jadi semuanya naik mobil?”
“Iya,tadinya aku mau naik motor aja,tapi aku kan pakai seragam drum band,ntar malu ah dilihatin orang.”
“Oh,ngomong-ngomong grup drumband sekolah kamu udah nampil apa belum?”
“Udah dong,nomor urut kami 3.”
“Berarti sehabis drum band sekolahku tampil dong.Syukurlah,kirain belum nampil,ntar kamu malah dimarahin.”
“Kalau misalnya belum nampil,gak mungkin aku berkeliaran kayak tadi.”
“Iya juga sih.Oh iya,kamu tinggal dimana?”
“Komplek Tasbi.Kamu?”
“Oh,pantaslah.Orang tua kamu kaya ya?Aku di Cemara Indah.Memang sih gak terlalu terkenal perumahannya.”
“Orang tua aku memang kaya,tapi sibuknya minta ampun.”
“Sabar ya Set.”
“Iya aku selalu sabar.”

Pulau Cinta 3


    Sejak aku masih berada didepan gerbang sekolah sampai aku sampai dikelas dan duduk manis,pasti ada saja yang mengucapkan selamat atas ulang tahunku,sebagian ada yang meminta makan-makan dariku.Uang pun tinggal sedikit,mana mugkin bisa untuk membiayai teman-temanku untuk makan,belum lagi jumlah teman-temanku yang begitu banyak.
      Ketika pulang sekolah,aku menghampiri Kak Rizky,ketua Drum band saat ini,untuk menanyakan perlombaan yang akan diadakan dalam waktu dekat ini.Aku belum memiliki baju khusus drum band dari sekolahku.Kami semua disarankan untuk meminjam baju khusus kepada senior kami yang kini telah duduk dibangku kelas 12.Perlombaan ini diadakan secara mendadak,senior belum terpikir untuk menempah baju khusus untuk anak-anak kelas 10.Kalau anak kelas 11-nya sih memang sudah ada,jadi ketika perlombaan nanti mereka tidak perlu meminjam baju milik senior.
“Dek,kamu coba cari kak Nadya,pinjam bajunya sama dia aja.”
“Iya kak,tapi udah pasti dikasih kan kak?”
“Iya,bilang aja disuruh kakak ya dek.Sekarang kamu siap-siap aja buat latihan.”
“Iya kak.”
      Kemudian kakak itu pun pergi keluar gerbang.Sepertinya dia tidak melihat kami latihan,mungkin sedang ada kesibukan diluar.Biasanya setiap hari selasa,kamis dan sabtu kakak itu selalu datang melihat kami latihan. Tapi berhubung kami sebentar lagi akan mengadakan lomba,maka latihan diadakan setiap hari sepulang sekolah,kecuali hari minggu.Kebetulan hari ini adalah hari senin,maka kak Rizky tidak melihat kami latihan.
      Aku menghampiri kak Nadya yang berada di kelas 12 ipa 2,untunglah kakak itu masih ada dikelasnya.Kak Nadya tergolong kurang rajin melatih kami setiap hari-hari latihan,tapi kakak itu sangat menguasai beragam pukulan senar.Aku tiab dikelasnya ketika ia masih menaruh buku kedalam loker yang berada dibelakang kelasnya.Aku mulai mendekatinya dan mulai kusapa.
“Kak Nadya”
“Iya?Ada apa dek?Kamu anggota drumband ya?”
“Iya kak,tadi Tyas udah jumpai kak Rizky,katanya Tyas pinjam baju seragam drum band sama kakak.”
“Oh iya,kebetulan ini ada diloker kakak,sebenarnya kakak bawa sejak kemarin.Ini dek bajunya.”
“Iya kak,mekasih ya.”
      Aku mengambil baju tersebut sambil memberikan senyuman kepadanya,lalu kemudian aku keluar dari kelasnya.Setelah keluar,aku berhenti sebentar dan duduk disalah satu bangku yang berada dikoridor sekolah.Aku memasukkan baju tersebut kedalam tasku.
      Ketika aku baru saja bangkit dari tempat duduk itu,kak Derry ternyata ada dihadapanku,padahal tadi rasanya tidak ada.Dia mengajakku beranjak kelapangan upacara untuk latihan drum band.
“Kamu ngapain disini,Tyas?”
“Tadi minjem baju seragam drum band sama kak Nadya dikelasnya.Kan seragam anak kelas sepuluhnya belum  dibikin kak.”
“Oh iya,ya udah kamu sekarang ke lapangan upacara deh,sebentar lagi latihan dimulai”
“Kakak juga dong,kan kakak yang ngelatih kami.”
“Iya maksudnya kita sama-sama kelapangannya loh Tyaaaaas.”
“Ya udah jangan marah lah kak.”
“Siapa yang marah?”
“Kakaklah,siapa lagi?”
“Mana ada kakak marah sama kamu.Ya udah yuk jalan kesana.”
      Kami pun jalan berdampingan menuju kelapangan upacara sambil berbincang-bincang dan bercanda,taulah kak Derry orangnya gimana,orangnya suka bercanda dan suka membuatku tertawa.
“Kamu mau kakak certain sesuatu,Tyas?”
“Emang mau cerita apa kak?”
“Waktu itu kakak sama temen-temen kakak kan pergi kepuncak pas hari libur,jadi macet disana.Jadi ada mobil yang asik mau motong jalan aja,padahal udah macet banget.Kalau dia motong,otomatis bisa bikin tambah macet.Dia udah berusaha buat motong tapi ga bisa-bisa.Terakhir,dia hampir berhasil motong,tapi karena kakak geram,kakak buka jendela mobilnya lebar-lebar,kakak bentangin tangan kakak sambil megang obeng.Kalau dia masih nekat juga,mobil bagian depannya bisa lecet.Gara-gara itu dia ga berani lagi mau motong,haha.”
“Hahaha.Ya ampun kak,kakak ini aneh-aneh aja,hahaha.”
      Kak Derry bercerita sambil memperagakan kejadian waktu itu,rasanya aku ingin selalu tertawa melihat tingkahnya.Dia selalu berusaha untuk membuatku tertawa,dan dia selalu berhasil,beruntunglah aku bisa mengenalnya.
      Sesampainya dilapangan upacara,ternyata mereka sudah berbaris,tapi belum memulai latihan,sekretaris masih mengabsen anggota yang datang.aku mengambil stick didalam tasku dan mengambil alat music drum band yang bernama senar didalam gudang alat music.Kemudian aku meminta izin memasuki barisan.
      Kami berlatih dengan serius karena waktu untuk tampil tinggal sebentar lagi.Senior kami mengawasi dan seringkali memarahi kami jika kami berlatih tidak serius.Beruntunglah aku dekat dengan kak Derry,jadi dia jarang memarahiku jika aku salah dalam memukul alat music yang kupegang.Padahal biasanya kalau sama junior yang lain,dia terkenal galak jika ada yang salah dalam memainkan alat music.
“Oke sekarang saatnya istirahat.Letakkan alat dibawah,jangan dimainkan sebelum waktu istirahat selesai.Waktunya 15 menit,terlambat satu menit satu seri.”kata Kak Derry.
      Kami semua mengikuti intruksinya,meletakkan alat dilapangan itu,dan langsung pergi meninggalkan lapangan.Aku dan semua teman-teman seangkatan drum band pergi kekantin bersamaan untuk membeli makanan kecil atau hanya sekedar duduk-duduk saja.Aku hanya membeli soft drink karena merasa sangat haus setelah panas-panasan dilapangan.
      Tak lama kemudian,suara bass berbunyi dengan kerasnya,itu pertanda bahwa kami semua harus kembali kelapangan untuk melanjutkan latihan.Untunglah soft drink milikku telah habis,jadi tidak mubazir.Kami berlari menuju lapangan upacara karena takut terlambat.Kalau telat satu menit saja,bisa-bisa disuruh push up sepuluh kali.Tidak ada seorangpun yang terlambat datang kelapangan,jadi hari ini tidak ada yang disuruh push up.
      Kemudian kami melanjutkan latihan yang tadi terhenti.Rasanya latihan hari ini benar-benar melelahkan,berbeda dengan latihan biasanya sebelum ada pengumuman tentang lomba.Pundakku serasa sakit sekali menyandang senar yang ada dihadapanku.Ingin sekali rasanya latihan hari ini cepat berakhir.
      Akhirnya waktu yang kunanti-nanti tiba juga,sekarang saatnya pulang.Langsung kulepaskan tali penyandang senar yang ada dihadapanku karena rasanya sudah sakit sekali.Kak Rizky,selaku ketua Drum Band menutup latihan hari ini.
“Baiklah,sebelum kita pulang,ada baiknya kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing.”
      Kami semua menundukkan kepala kami untuk berdoa kepada Yang Kuasa,lalu kemudian kak Rizky menutup doa dengan mengatakan “selesai”.Kami semua menaikkan kepala dan mengusapkan kedua tangan kami kepermukaan wajah sebagai tanda bahwa doa telah selesai.
“Nanti,kalau udah sampai rumah,istirahat cukup,jangan lupa belajar,kirim salam sama orang tuanya ya.Jangan ada yang masih ada disekitar sini,nanti kami juga yang kena sama pihak sekolah.”Kak Rizky berkata didepan kami.
“Eh tunggu dulu Ky,aku mau ngomong.”Tiba-tiba saja Kak Derry muncul kehadapan kami semua
“Khusus buat Tyas,kamu ada ngambil handphone kakak?Tadi kak Rizky saksinya.”Kata kak Derry.
“Ha?Mana ada kak,Tyas aja gak tau dimana hp kakak.”Aku berusaha membela diri.
“Udah kamu ngaku aja,tadi jelas-jelas si Rizky lihat kamu ngambil sesuatu dari tas kakak.”
“Ya Allah,sumpah gak ada loh kak.Tas Tyas memang letaknya disamping tas kakak,tapi Tyas gak ada bongkar-bongkar tas kakak.”
“Gak usah sok membela diri kamu,Tyas.Kakak yakin hp kakak sekarang lagi kamu sembunyiin.”
“Ah ya udahlah ga usah percaya.”
“Memang gak percaya kakak.Gimana kalau kakak bongkar tas kamu sekarang?Kalau misalnya kedapatan,konsekuensinya apa?”
“Ah terserahlah.”
“Coba periksa tas si Tyas,Ki.”
      Kak Rizky memeriksa tasku dihadapanku ,senior,dan semua teman-temanku.Aku tidak takut,karena aku memang tidak ada menyentuh handphonenya.
“Ini apa?Kakak lihat ini didalam saku tas kamu,Tyas!”Kak Rizky membentakku.
“Khusus Tyas,setelah kakak balik kanankan,dapat menemui kakak didepan sini,balik kanan gerak!”Perintah kak Derry.
      Aku pun membalik kanankan badanku,dan berjalan menemuinya didepan sesuai dengan perintahnya.Aku hanya senyum-senyum saja,batin hatiku berkata bahwa mereka pasti sengaja ingin mengerjaiku.Padahal tadi aku lihat sendiri,kak Derry sengaja meletakkan handphonenya sendiri kedalam tasku.Berarti bukan salahku dong.
“Kenapa kamu senyum-senyum,Tyas?”Tanya kak Derry sambil membentakku.
“Masih mending senyum,dari pada nangis,ngaduh ke mama,nanti kakak yang repot.”
“Oh berani ya kamu melawan kakak?”
“Nggak juga ah.”
“Memang keras kepala banget kamu ya.Sekarang kakak tanya kenapa handphone kakak bisa ada didalam tas kamu?”
“Karena kakak yang taruh didalam situ.Kakak pikir Tyas gak lihat?Hahaha.”
“Heh diam kamu,jangan ketawa!”
“Udah tau Tyas,basi tau kak.”
“Kamu berani banget nuduh kakak yang naruh handphone itu kedlaam tas kamu!Kamu punya bukti apa?”
“Sekarang Tyas tanya,apa buktinya kalau Tyas yang nyembunyiin handphone kakak didalam tas?”
“Mati kita Ky,rupanya pintar juga si Tyas.”Kata kak Derry sambil menepuk pundak kak Rizky.
“Ah itulah kau bodoh,si Tyas kan anak aksel,pintar,mau kau bodoh-bodohi pula.Terakhir kau yang dibodoh-bodohi balik sama dia kan?”Ejek kak Rizky.
“Oke,sebagai hukuman karena kamu tadi lihat kakak naruh hp kakak ditas kamu,baris-berbaris kamu kakak tes dulu.”Perintah kak Derry.
“Alah,udah sore gini pun.Udah capek tau,apalah kakak ini.”
“Berani kamu membantah senior?Apa bunyi pasal satu,Tyas?”
“Senior tidak pernah salah.”
“Ha,ya udah berarti kakak selalu benar,janganlah dibantah-bantah.”
“Iyalah,terserah.”
“Sekarang kakak tes ya baris-berbaris kamu.Siap gerak!”
“Alah kak,udahlah,pulanglah.Yang lain aja udah pada pulang.”
“Heh diam kamu.Siap gerak!”
      Dengan perasaan terpaksa aku mengikuti intruksinya.Kesal banget tau,semua udah pada pulang,sedangkan aku diginiin.Apa coba salahku?Batin hatiku berkata,”Taulah kalau aku ini cantik,pintar,banyak fansnya,tapi nggak gini juga kali.”
“Balik kanan,hadap kanan,hadap kiri,balik kiri”
“Siap ulangi kak!”
“Oh pintar ya,dengar juga intruksi balik kirinya,kirain nggak dengar.”
“Ah udah lah,pulang ajalah.”
“Heh,jangan melawan.Kamu mau nggak ikut lomba,ha?”
“Eh janganlah kak,iya deh nggak jadi pulang.”
“Oke,sekarang balik kanan gerak!”
      Aku mengikuti intruksinya lagi.Sebenarnya sangat-sangat malas.Tapi apa mau dikata,dia senior,bisa saja dia tidak mengizinkanku untuk mengikuti lomba.Oh tidak,percuma dong selama ini aku latihan kalau tidak ikut lomba.Aku membalikkan badanku,kali ini aku membelakangi kak Derry.
“Happy birthday to you,happy birthday to you….”
      Semua teman-teman dan senior berada dihadapanku sambil menyanyikan lagu “Happy Birthday”.Astaga,aku saja hampir lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunku,dan aku juga hampir lupa berapa umurku.Namun mereka semua mengingatkanku,betapa perhatiannya mereka padaku,jadi terharu deh.
      Rani,temansebangkuku membawa sebuah kue ulang tahun ditangannya,diatas kue tersebut ada lilin berbentuk angka 15.Saat ini kue tersebut ada dihadapanku dan Rani,mereka semua menyuruhku meniup lilin tersebut.Oalah,basi banget,setiap ulang tahun tiup lilin dan potong kue.
“Tiup lilinnya,tiup lilinnya…”
      Aku meniup lilin yang berbentuk angka 15 dengan perlahan.Kak Derry mengambil gambarku dengan handphonenya dari samping kananku.Mereka semua menepukkan tangannya setelah lilin yang kutiup mati.
“Potong kuenya… potong kuenya….”
      Oalah,potong kue lagi.Malasnya,tapi ya udahlah,biar mereka senang.Aku mengambil pisau pemotong kue yang ada ditangan kak Rizky.Ketika aku memotong kue yang ada dihadapanku,kak Derry memfotoku lagi dari sebelah kananku.
“Esseh,potongan kue pertamanya buat siapa Tyas?”Tanya Rani.
      Aku tidak menjawab pertanyaan Rani,langsung saja kumakan sendiri potongan kue pertamanya.Semua teman-temanku dan senioren menertawaiku dan ada juga sebagian yang marah-marah gara-gara aku makan kue itu duluan.Haha,emangnya kuenya mau dikasih ke siapa?Lebih baik untukku saja,perut pun kenyang.
      Namun tiba-tiba saja mereka menyerbuku dan mengoleskan krim-krim kue padaku.Astaga,inilah yang sangat tidak kuinginkan,wajahku penuh dengan krim.aduh gimana nanti ya aku pulangnya?Hari ini aku kan tidak membawa motor maticku,soalnya tadi pagi hujan deras dan aku diantar oleh papa.Nanti naik angkutan umum,bisa-bisa orang sekelilingku menjauhiku gara-gara aku seperti ini.Oalah,sialnya.
      Aku kembali membalas perbuatan orang-orang yang mengolesi krim kue padaku tadi.Namun sialnya,mereka malah kembali membalasku,makin bertambah deh krimnya.Tak lama kemudian permainan ini berakhir,kue telah habis.Kemudian,aku berlari ke toilet untuk membersihkan wajah dan jilbabku.
      Akhirnya wajah dan jilbabku kembali bersih,namun masih saja lengket dan membekas.Aku mengambil tas dan berjalan sendiri kegerbang sekolah.Namun ditengah jalan,sebelum aku sampai digerbang sekolah,kak Derry menghampiriku dengan mobil sedannya,kemudian dia membuka kaca mobilnya dan menyapaku.
“Tyas,pulang naik apa?Yuk kakak antarin pulang.”
“Gak usah kak,nanti kakak pulangnya kesorean,rumah kita kan dari ujung ke ujung.”
“Udah gak papa,kakak kan naik mobil.Harusnya kamu yang dikhawatirin,anak cewek gak baik pulang sendiri sore-sore,naik angkutan umum lagi.”
“Ah seganlah kak,nanti dikira orang rumah,Tyas pacaran sama kakak.”
“Emangnya kenapa?Gak masalah loh.”
“Yakin?Nanti nyesal pula.”
“Iya yakin,masuk aja.”
“Oh okelah,haha.”
      Aku membuka pintu mobilnya dan duduk disampingnya.Bagus banget jiwa mobil ini,suhu didalam sudah tinggi,kebetulan aku sedang kepanasan.Kak Derry kembali mengajakku mengobrol,sedikit-sedikit dia mengejekku karena tadi wajahku penuh dengan krim kue.
“Tadi kamu kok bisa lihat sewaktu kakak masukin handphone kakak kedalam tas kamu?”
“Iyalah,tadi ditengah jalan sewaktu mau kekantin,Tyas balik lagi kelapangan,mau ngambil dompet.Karena tadi Tyas lihat perbuatan keji kakak,Tyas gak jadi ngambil uangnya,Tyas pinjam uang si Rani aja.”
“Yah,sayang banget ya,harusnya kan kamu terkejut tadi.”
“Taktik yang gituan udah basi kali kak.”
“Iya juga ya.Oh iya,rumah kamu yang mana nih?”
“Yang itu kak,yang sebelah kiri,pagarnya warna hitam.”
      Sesampainya didepan rumah,aku berterima kasih pada kak Derry karena sudah mengantarkanku pulang.Kak Derry tersenyum padaku,ia selalu menebarkan senyumannya itu padaku hampir setiap hari ketika bertemu denganku.
      Aku langsung mandi karena merasa sudah gerah setelah latihan tadi sore.Ketika aku mandi,terdengar hpku berbunyi dari dalam kamar,pertanda ada yang meneleponku.Ketika berhenti,aku sudah merasa tenang,namun tak lama kemudian,ada yang meneleponku lagi,berulang-ulang hpku berbunyi dengan nada yang sama .Aku tidak tau siapa yang meneleponku berulang kali,tumben-tumbenan,biasanya tidak pernah ada yang meneleponku sampai segitu lamanya dan berkali-kali.Atau mungkin,penelepon itu adalah orang yang berbeda-beda yang meneleponku secara bergantian.
      Aku semakin penasaran dengan penelepon itu.Cepat- cepat aku menyabuni tubuhku dan membasuhnya dengan air.Setelah selesai mandi,aku bergegas mengambil handphone yang sampai sekarang masih berdering.Aku mengangkatnya dan terdengar suara sapaan dari sana.
“Halo,kamu Rina kan?Kamu kok lama banget angkat teleponnya?”
“Maaf,kamu siapa?Aku bukan Rina,mungkin kamu salah sambung.”
“Ha?Jadi ini bukan nomor Rina?”
“Ya iyalah,ini Tyas,bukan Rina.Emang kamu dapat nomor aku dari mana?”
“Ini nomor Rina 3 tahun yang lalu.Kupikir dia masih pakai nomor yang ini,ternyata sudah tidak lagi.”
“Oh,waktu itu aku yang minta ke operatornya supaya nomor ini jadi milikku,ada tanggal lahirku dinomor ini,kebetulan nomor ini tidak ada yang punya.Mungkin Rina yang kamu maksud udah nggak menggunakan nomor ini lagi.”
“Iya mungkin ya,maaf ya kalau aku ganggu.”
“Iya sih ganggu,tadi aku lagi mandi,tapi gara-gara kamu nelfon aku berulang kali,aku jadi penasaran dan cepat-cepat sabunan,haha.”
“Ya ampun sampai segitunya.”
“Dasar,nggak menghargai,huh.”
“Apa kamu bilang?”
“Nggak,udah lewat.”
“Oh iya,ngomong-ngomong kamu kenal sama Rina,nggak?Nama panjangnya Rina Ardyanti.”
“Siapa itu?Gak kenal.Emangnya dia anak mana?”
“Aku ga tau dia sekarang dimana.Dulu kami sama-sama tinggal di Aceh,tapi dia tiba-tiba pindah ntah kemana tanpa ngabarin aku.Dari dulu sampai sekarang aku masih simpan nomor ini.Kalau aku tiba-tiba teringat dia,aku coba hubungi nomor ini,namun selalu gagal.Baru kali ini aku bisa hubungi nomor ini,tapi ternyata yang punya bukan Rina lagi.”
“Sabar ya,emang Rina itu siapanya kamu?Pacar kamu?”
“Dulunya iya,tapi dia gantungin aku,dia pergi ntah kemana tanpa ngasih kabar ke aku.Kata teman-temannya sih dia pindah keluar negeri.”
“Ya ampun teganya dia sama kamu.”
“Iya,bahkan terkadang aku masih memikirkannya.Diantara kami tidak pernah ada kata putus,tapi kami sama sekali tidak pernah berjumpa dan berkomunikasi lagi setelah dia pindah.”
“Sabar ya…. Eh siapa nama kamu?Aku bingung mau panggil kamu apa.”
“Namaku Satya.”
“Apa?Yang waktu itu terjebak dipulau?”
“Ha?Maksud kamu apa?”
“Eh,enggak.Bukan.Ga ada maksud apa-apa kok.”
“Oh,kirain apaan.Ternyata kamu enak ya diajak ngobrol,Tyas.”
“Kamu kok tau namaku?Dari mana?”
“Kan kamu sendiri tadi yang bilang sama aku,dimenit-menit pertama.”
“Oh iya ya,haha,aku lupa.Maaf ya.”
“Iya ga apa apa.Ngomong-ngomong,kamu udah pakai baju apa belum?”
“Ha?Aku kupa.Yaampun.Untung kamu ingetin,aku pakai baju dulu ya Satya,nanti kapan-kapan lanjut deh ngobrolnya.”
“Iya,awas diintip semut ya,bye”
      Dia memutuskan sambungan teleponnya tiba-tiba ketika aku ingin bicara.Ada-ada aja deh,masa’ aku diintip semut?Tapi bener juga deh ya,kalau ada semut disini,dia pasti ngintip aku.Udah deh,masa bodo,mana peduli semut kalau lihat aku telanjang.
      Aku pun berpakaian,sisiran,dan memakai krim malam.Kemudian aku mengerjakan pekerjaan rumahku yang begitu banyaknya.Setelah tugasku selesai,sekitar jam 9 malam,aku online sebentar,update status di twitter dan bbm.Aku ceritakan tentang orang yang salah sambung tadi di twitter.Banyak juga yang retweet dan bertanya padaku,terutama teman-temanku.
      Aku merasa sepertinya aku kenal dekat dengannya, rasanya aku pernah kenal dengannya,tapi dimana ya?Ah,mungkin hanya perasaanku saja.Aku masih benar-benar penasaran dengan dia,namanya Satya,sama seperti Satya yang waktu itu terjebak dipulau bersamaku.Rasanya kejadian dipulau itu bukan hanya mimpi,malah seperti kenyataan.Ah sudahlah,aku pusing jika mengingat hal itu lagi.

Pulau Cinta 2


Aku bergegas pergi kesekolah karena aku yakin jam segini pasti jalanan sudah macet.Tak lupa aku berpamitan dengan papa dan mamaku.Kemudian aku menuju kegarasi untuk memanaskan mesin motor maticku,dan langsung pergi kesekolah.Jalanan sudah ramai,tak seperti biasanya.Ini karena aku pergi kesekolah agak telat dibandingkan hari-hari biasanya.Biasanya aku pergi kesekolah ketika jalanan masih sepi,jadi aku tidak bingung ketika terjebak macet dan mengejar waktu.
      Sesampainya disekolah,gerbang sekolahku belum ditutup,untunglah.Tapi parkiran sudah penuh dan aku benar-benar bingung untuk memarkirkan kendaraanku.Sekilas aku mendengar namaku dipanggil,dan aku menoleh kebelakang,ternyata itu kak Derry.Mungkin dia melihatku kesulitan untuk memarkirkan kendaraanku.
“Bisa,Tyas?”
“Ga bisa kak,bisa tolong dibantuin?”
“Oh,ya udah sini.”
      Dia memarkirkan sepeda motorku ditempat yang sempit itu.Tapi mau bagaimana lagi,tidak ada lagi tempat parkir yang bagus,hampir semua terisi penuh oleh kendaraan roda 2.Kan tidak mungkin aku memarkirkan sepeda motorku ditempat parkir roda 4.
      Setelah itu,aku dan Kak Derry menuju kedalam sekolah sambil berbincang-bincang mengenai perlombaan Drum Band yang akan diadakan dalam waktu dekat ini.
“Kok tumben kamu telat,Tyas?”
“Tadi bangunnya kesiangan kak,hehe.Lupa pasang alarm.”
“Oalah,gak biasanya kamu begini.”
“Gak tau kak,mungkin lagi apes aja.Oh iya,kapan lomba Drum Band-nya diadain kak?”
“Dua minggu lagi,hari Sabtu jam 8 pagi.”
“Kita kesananya naik apa kak?”
“Kalau kita nanti naik mobil pribadi beberapa orang dari kita aja atau pergi sendiri juga gapapa,tapi kalau alatnya nanti kita sewa mobil pick up,pokoknya tenang aja deh.Mobil kamu bisa dipakai hari Sabtu nanti?”
“Oh yaudah,tapi mobil Tyas ga bisa dipakai buat acara itu kak,Tyas boleh nebeng sama kakak aja?”
“Oke,gapapa,nanti kita tanya yang lain ya.”
      Tak terasa kami telah berjalan sampai didepan kelasku.Aku melambaikan tanganku sambil mengatakan “Bye” kepada kak Derry,dia pun membalas lambaian tanganku.Bel tanda masuk sekolah berbunyi seiring perginya kak Derry menuju kekelasnya.Aku dan teman-teman sekelasku pun memasuki kelas.Beberapa kemudian,guru mata pelajaran Bahasa Indonesia,Pak Romi memasuki kelas kami.
      Aku tidak berkonsentrasi mengikuti pelajaran ini,pikiranku selalu tertuju pada mimpi semalam.Aku masih ingat saat kami menonton tivi berdua,hingga akhirnya aku tertidur dipundaknya,lalu kemudian aku terbangun.Dan sekarang aku mendapati kepalaku telah tertimpuk oleh sebuah penghapus papan tulis.”aduh..”aku menjerit sambil memegangi kepalaku.Ternyata Pak Romi yang dengan jahatnya menimpukku dengan penghapus papan tulis.Apa-apaan ini?
“Tyas,saya disini mengajar tapi pikiran kamu kemana?Kamu tidak memperhatikan saya?”
“Eh eh maaf pak,perhatiin kok pak.”
“Coba kamu jelaskan apa yang tadi saya jelaskan didepan.”
“Eh eh janganlah pak.”
“Makanya lain kali kalau saya menjelaskan didengarkan.”
      Kemudian Pak Romi kembali melanjutkan penjelasannya.Entah ngajarin apa sih bapak ini,dari dulu aku paling ga suka pelajaran Bahasa Indonesia.Kalau sama bapak ini,semua disalahkan.Siapa yang nggak kesel?Waktu itu aku pernah lupa menuliskan titik pada PR ku,tapi nilaiku malah dikurangi,berlebihan banget bapak itu.

***
      Pelajaran terakhir di hari ini adalah Agama.Pelajarannya sih mudah,tapi selalu dipersulit oleh guru kami ini.Rasanya benar-benar tak sabar untuk pulang sekolah.Hari sudah panas dan aku sudah tidak bersemangat untuk belajar.Ibu ini hanya menjelaskan saja,berceramah sepanjang pelajaran,aku bosan dan ngantuk.Selagi ibu itu menyuruh kami mengerjakan tugas yang ada dibuku lks,aku berbincang-bincang dengan Tika,teman sebangkuku.
“Tik,nanti kerumahmu yuk.”
“Emang mau ngapain nanti dirumahku?”
“Ga ada,cuma main-main aja lah,ada yang mau kuceritain,sekalian ngambil sepatu yang kamu pinjam waktu itu.”
“Oh yaudah,naik matic kamu ya.”
“Oke tenang aja.”
      Akhirnya bel sekolah pertanda pulang yang dari tadi kutunggu-tunggu berbunyi.Murid-murid sekelasku berteriak “hore” begitupun dengan aku.Padahal sudah putih – abu-abu tapi masih saja berteriak ketika bel pualng sekolah berbunyi.Aku dan Tika tidak langsung pergi keparkiran roda dua,kami yakin pasti parkiran masih ramai dan sulit bagiku untuk mengeluarkan motorku dari situ.Kami dudu-duduk sebentar ditaman,tak jauh dari kelas kami.
“Tyas!” Kak Derry memanggilku dari kejauhan sambil berjalan menghampiriku.
“Siapa itu Tik?”Tanyaku kepada Tika.
“Kak Derry itu.”Jawab Tika.
“Ngapain kalian disini dek?”Tanya Kak Derry ketika telah sampai dihadapan kami.
“Iseng aja kak,biasanya parkiran masih ramai,nanti Tyas ga bisa ngeluarin motornya.”Jawab Tika.
“Oh,kalian nanti pulang sama?”Tanya kak Derry lagi.
“Iya kak.”Jawabku dan Tika bersamaan.
      Beberapa menit kemudian aku mengajak Tika dan kak Derry untuk beranjak keparkiran roda 2.Sesampainya disana,aku dan Tika berpisah dengan kak Derry karena rumah Tika berlawanan arah dengan rumah kak Derry.Entah kenapa rasanya kak Derry suka mencari perhatian dariku.Tapi ga tau juga deh,mungkin aku aja yang kegeeran.
      Sesampainya dirumah Tika,kami membuka sepatu kami dan masuk kedalam kamar Tika.Aku sudah menganggap rumahnya Tika seperti rumah sendiri saking seringnya aku kesini.Langsung kucampakkan tasku keatas tempat tidurnya,begitupun dengan Tika.Rasanya sudah seperti aku saja yang menjadi tuan rumah dirumah ini.Tika pun sudah biasa menerima sikapku yang seperti ini.
“Oh iya,kamu mau cerita apa Tyas?”
“Gini loh Tik,semalem aku mimpi.”
“Mimpi apa?Kok kamu sampai segitunya mau cerita ke aku?”
“Semalem aku mimpi terdampar disebuah pulau,indaaaaaah sekali.Aku main-mainin air laut disitu,terus karena aku kedinginan,aku samperin rumah satu-satunya yang ada disitu.”
“Ha?Kok bisa terdampar?Rumahnya serem apa enggak?”
“Enggak,cantik banget malah.Yang anehnya,rumah sebesar itu ga ada penghuninya,tapi isi rumah itu lengkap,ada baju anak-anak,baju ibu-bu,baju bapak-bapak,ada juga baju buat cewek kayak aku.Aku pakai aja salah satu baju dari situ,kan aku kedinginan.”
“Jadi kamu disana terdampar sama siapa,Tyas?”
“Sama cowok manis,ih senyumnya itu loh ga tahan.Aku Cuma berdua sama cowok itu.”
“Ha?Siapa?Semanis siapa?Cuma manis?Ga ganteng?”
“Namanya Satya,pokoknya manis deh.Ada juga sih gantengnya,tapi menurutku dia manis,Tik.”
“Terus kamu ngapain aja sama dia?”
“Pertama kami buka pintu rumah itu sama-sama,terus kami berpencar nyari baju buat aku,terus aku ganti baju,terus kami nonton tivi diruang tamu.”
“Loh tapi tadi katanya terdampar?Kok tivinya bisa nyala?”
“Ntah gatau.Ada gila-gilanya rumah itu,namanya mimpi,ya maklumlah.”
“ Oh iya iya,terus ngapain lagi?”
“Terus aku kedapur bikin susu hangat buat kami berdua.”
“Didapurnya ada persediaan makanan dan minuman juga?”
“Ada Tik,aku aja heran,apalagi kamu.”
“Hmm,terus kamu ngapain lagi?”
“Aku bawa kedua gelas susu itu keruang nonton tivi disitu.Terus kami sama-sama meminum susu itu.”
“Oh enak lah ya.”
“Iya tapi cuma mimpi,ya percuma aja.”
“Yang sabar ya Tyas.Terus gimana lagi mimpi kamu itu?”
“Aku tiba-tiba tertidur diatas pundaknya,sewaktu aku bangun,rupanya aku udah ada dikamarku sendiri.Pagi tadi aku bener-bener kesal karena itu Cuma mimpi Tik.Aku sih berharap bisa ketemu sama si Satya itu.”
“Ha?Kamu ngigau Tyas?Mana mungkin.Itu kan Cuma mimpi kamu,kemungkinan sangat kecil untuk kamu bertemu sama dia.”
“Tapi entah kenapa aku yakin bisa ketemu dia didunia nyata ini,bukan hanya didalam mimpi.”
“Ih,kamu jangan gila dong Tyas,aku ga mau punya temen gila,ntar aku bisa repot.”
“Aku ngga akan gila kok Tik,kamu tenang aja.”
“Hahaha.Tapi jangan terlalu berharap ya Tyas,nanti kalau kamu jatuh bisa sakit rasanya.”
“Iya iya.”
“Oh iya ini nih sepatu kamu yang waktu itu aku pinjam.”
“Taruh aja didalam tasku.”
“Ih kamu ini males banget ya naruh sendiri.”
“Tamu kan raja sih Tik.”
“Alah,ini kan udah kayak rumah kamu sendiri,sok tamu deh.”
“Haha,ga papa dong sekali-sekali.”
“Apanya yang sekali-sekali?Kan udah sering ya.”
“Udahlah,anggap aja nggak sering,kan nanti Tika dapat pahala dari yang Kuasa.”
“Mana aci gitu.”
“Eh,aku pulang dulu ya Tik,bosan juga lama-lama disini.”
“Nanti nggak Tika bolehin kesini baru tahu rasa.”
“Eits,ini kan udah kayak rumah aku,Tik.”
“Hmm,ya udah cepatlah sana pulang.”
      Kemudian aku dan Tika bergegas kegarasi rumahnya,lalu kemudian aku pulang kerumahku.Tika melambaikan tangan kanannya dan aku hanya membunyikan klakson.Rumahku dan Tika bisa dikatakan lumayan jauh,tapi tidak terlalu jauh deh kalau lewat jalan memotong.
      Aku selalu saja memikirkan mimpiku waktu itu,selalu saja ada dibenakku,aku sudah berusaha untuk melupakan dan tidak mengharapkan bisa bertemu dengan sosok yang ada didalam mimpiku,tapi selalu saja tidak bisa.Sosok itu tidak nyata,tidak ada didunia,aku tidak pernah bertemu dengannya secara langsung,hanya didalam mimpi.Pantas saja Tika menertawaiku kalau aku masih saja mengharapkan bisa bertemu dengan Satya.
      Diperempatan,traffic light menunjukkan bahwa aku harus berhenti disitu untuk beberapa detik,lampu merah yang ada pada traffic light menyala.120 detik lagi,lama banget,bosan deh.Aku pun melihat keselilingku,kekanan dan kekiri,dan juga kedepan.Ketika aku melihat kesamping kananku,seorang cowok membuka kaca helmnya dan aku merasa bahwa dia melihatiku berulang kali.Namun sialnya,ketika aku melihat kearahnya,dia pura-pura melihat kearah depan,namun ketika aku tidak melihatnya,aku selalu merasa bahwa aku selalu diperhatikannya.Tapi pada akhirnya,kami sama-sama saling memandang.
Astaga,dia mirip banget dengan Satya yang ada didalam mimpiku.Ganteng dan manis,semuanya deh ada padanya.Aku juga melihatnya tersenyum padaku,senyumnya begitu manis,sangat mirip dengan senyumnya Satya yang kulihat didalam mimpiku.Ah,tapi apa mungkin?Itu kan hanya mimpi.Aku sangat tidak percaya dengan semua ini,itu mungkin hanya kebetulan mirip saja.
      Tak terasa sudah 2 menit aku berhenti menunggu menyalanya lampu hijau pada traffic light,kendaraan yang berada dibelakangku pun sudah sibuk membunyikan klaksonnya masing-masing untuk  mengingatkanku.Cowok tadi pun pergi,berbelok kekanan,sedangkan rumahku berbelok kekiri.Aku masih ingat plat nomornya,dan itu akan kusimpan didalam otakku manatau suatu saat kami bertemu kembali.Tapi aku tidak mau menyimpan banyak harapan untuk bertemu dengannya,hanya sedikit saja.
      Akhirnya aku sampai juga dirumah,masih terbayang olehku kejadian diperempatan tadi,seandainya dia benar-benar Satya yang ada didalam mimpiku,aku pasti senang sekali jika bisa bertemu dengannya lagi,apalagi setiap saat.Ya ampun,aku ini kenapa?Kenapa aku mengharapkan orang yang sama sekali belum kukenal,dan berharap bahwa orang itu adalah Satya yang ada didalam mimpiku?