Selasa, 31 Mei 2011

Sekilas tentang novel "Jodoh dan Kematian"

BAB 1
Audrey
           
Besok adalah hari spesial bagiku dan Tommy.Tahun lalu,pada tanggal 8 Agustus kami mulai berpacaran,dan besok umur hubungan kami sudah setahun.Alangkah bahagianya aku,tidak menyangka sudah selama ini kami berpacaran.Dulu aku tak pernah aku berpacaran sampai setahun lebih dengan mantan-mantan pacarku,paling lama hanya 2 bulan dan paling singkat hanya seminggu.Kali ini aku benar-benar serius menjalani hubungan dengan Tommy,karena aku menginginkannya untuk menjadi yang terakhir bagiku.
Hari ini aku berniat untuk membelikan Tommy hadiah special.Aku sungguh tidak sabar menunggu pulang sekolah.Sayangnya masih ada 1 jam pelajaran lagi,yaitu pelajaran seni rupa.Pasti guruku yang satu itu menyuruh kami untuk menggambar lagi,seperti minggu-minggu sebelumnya.Aku benci pelajaran ini,setiap kali belajar seni rupa,tanganku kotor karena terkena arsiran pensil,seragam putihku terkadang juga kotor bila tidak hati-hati.
“Drey,pinjam pensil dong.”Kata nadya,teman sebangkuku.
“Nah,nah..Ambil aja ditempat pensil.”
“ Kamu gak menggambar,Drey?”
“Males ah,lagi pengen menghayal dulu.Kalau udah puas menghayal baru deh dikerjain.”
“Ya ampun Audrey,emang kamu ngelamunin apa sih?”
“Hihi…Ada deh,mau tau aja deh Nadya.”
“Alah,paling-paling Tommy kan,haha.”
“Ih Nadya tau aja.Ya udah kamu menggambar dulu sana.”
            Nadya menuruti perintahku.Dia mulai menggambar apel besar dan kemudian dia mengarsirnya dengan menggunakan pensil yang dipinjamnya dariku dengan rapinya.Untungnya ini dijadikan pr karena waktu yang tidak memungkinkan.Bel pertanda pulang sekolah terlebih dahulu berbunyi sebelum semua murid dikelasku menyelesaikan gambar-gambar mereka.
Aku berjalan cepat menuju parkiran motor yang terletak tak jauh dari kelasku.Kemudian aku langsung menuju toko yang menjual aksesoris khusus untuk orang pacaran,letaknya tak jauh dari rumahku,jika ingin kerumahku pastilah melewati toko tersebut.
Setelah sampai disana,aku mulai mencari-cari barang yang cocok untuk kuberikan kepada Tommy.Banyak banget mainan-mainan dan aksesoris yang bagus dan imut-imut.Aku sempat tertarik dengan kotak musik yang ada boneka berdansanya jika musik dihidupkan,namun aku memutuskan untuk melihat-lihat lagi.
Aku penasaran dengan kotak kecil yang isinya adalah sebuah buntalan yang bentuknya seperti hati manusia sungguhan.Aku tidak tau pasti itu terbuat dari apa,yang uniknya lagi,ditengah-tengah hati buatan tersebut terdapat huruf yang dilapisi kaca.Ada beragam huruf yang ada disitu,dari a sampai z.Aku langsung bertanya kepada SPG disitu.
“Kak,ini harganya berapa ya?”
“Oh ini harganya 200 ribu.Tapi kalau mau membeli ini,adek bisa taruh darah adek dihuruf itu,itu tempat khusus buat pembeli yang mau naruh darahnya disitu?”
“Kalau mau naruh darah disini gimana caranya,kak?”
“Kamu tinggal masuk ke klinik sebelah,minta sama dokter disitu untuk mengambil darah kamu,setelah itu nanti ada salah satu dari karyawan kami yang memasukkan darah kamu kehati buatan itu.”
“Kalau mau diambil darahnya musti bayar ke dokternya apa enggak kak?”
“Oh gak usah,kami sudah bekerja sama dengan dokter di klinik sebelah,kamu cukup membayar 200 ribu saja.”
“Mekasih ya kak.”
“Iya sama-sama.”
            Tanpa ragu aku mengambil barang itu dan membayarnya,hadiahnya bagus banget.Gapapa deh kalau mahal,yang penting hadiah ini buat Tommy,laki-laki yang sangat kucintai.
            Aku langsung pergi ke klinik yang berada disebelah kiri toko ini,kumasuki ruangan dokter yang ada disitu.Dokter itu langsung menyambutku dengan ramah.Dia langsung memeriksa kondisiku,dan ternyata kondisiku baik-baik saja.Aku disuruh terlentang diatas tempat tidur dan darahku diambil sedikit saja.
“Sebenarnya kamu belum boleh diambil darahnya,karena kamu belum berumur 17 tahun lebih.Tapi kalau sedikit saja ya bisa.”Dokter itu menjelaskan.
            Tak lama kemudian,dokter itu memberhentikan darahku yang mengalir menuju kantong darah dan mengobati tanganku yang tadinya menjadi jalur transportasi bagi darahku.Kini tanganku terbalut kapas,rasanya aku lemas dibandingkan dengan tadi,meskipun darahku hanya sedikit yang diambil.
“Sekarang kamu duduk aja diruang tunggu ya dik,darah kamu sedang dimasukkan kedalam mainan itu.”
“Iya,dok.”
            Aku menuruti perintah dokter itu,aku duduk saja diruang tunggu yang ada di klinik itu.Aku mengambil handphoneku,ternyata ada banyak sekali sms dan missed call dari Tommy.Karena merasa bersalah aku meneleponnya agar ia tidak berpikiran yang macam-macam tentangku.Lama sekali dia mengangkat telepon dariku.Tapi akhirnya terdengar juga suara dari seberang sana.
“Hallo,sayang.”Terdengar suara yang sudah sangat kukenal dari hpku.
“Hallo juga sayang.Maaf ya tadi Drey lagi diperiksa sama dokter,sekarang Drey masih diklinik dekat rumah,sayang.”
“Ha?Kamu sakit apa sayang?Kok nggak minta aku antarin aja?”
“Tadi kan Drey bawa kendaraan sendiri,jadi gak mungkinlah sayang.”
“Mungkin aja sayang,aku bisa minta tolong sama temen aku.Lagipula kamu lebih aman kalau naik mobil sama aku,kalau kamu naik motor nanti kamu jatuh pula.”
“Udahlah sayang lupakan aja,lagipula kan udah terlanjur.”
“Eh kamu sakit apa sayang?Tadi sewaktu istirahat kamu baik-baik aja kok.”
“Drey gak sakit kok,Tom.Besok kamu juga akan tau.”
“Jangan gitu dong sayang,aku kan mau tau keadaan kamu.”
“Drey baik-baik aja sayang,gak sakit sama sekali.”
“Beneran?”
“Iya bener sayang.Drey mau pulang dulu Tom,boleh?Ntar smsan aja ya.”
“Oke deh sayang,I love you.”
“I love you too.”
            Salah satu pegawai dari toko aksesoris sebelah menghampiriku dan menyerahkan kotak berisi hati palsu itu.Kali ini hati itu sudah terisi oleh darahku,tadinya kaca itu hanya berwarna putih,tapi sekarang sudah berwarna merah karena terisi oleh darahku.Pegawai tersebut tak lupa memberikanku kotak cantik yang khusus untuk membungkus kado,katanya itu adalah bonus karena sudah membeli produk yang mahal ini.Rasanya aku tidak sabar memberikan ini untuk Tommyku tercinta.Aku pulang dengan hati yang berbunga-bunga,tidak sabar menanti hari esok.
Sesampainya dirumah,aku meletakkan hadiah itu ditempat yang aman agar tidak dihancurkan oleh Habil, adikku yang nakal itu.Terkadang aku kesal setengah mati karena barang-barangku selalu dibuatnya menjadi rusak,mama dan papa pun tidak mau mengganti barang milikku yang dirusak oleh Habil,makanya aku benci sekali kepada mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar