Jumat, 21 Januari 2011

2.Melihatnya sekilas,tapi apa benar dia? (lanjutan pulau cinta)

Aku bergegas pergi kesekolah karena aku yakin jam segini pasti jalanan sudah macet.Tak lupa aku berpamitan dengan papa dan mamaku.Kemudian aku menuju kegarasi untuk memanaskan mesin motor maticku,dan langsung pergi kesekolah.Jalanan sudah ramai,tak seperti biasanya.Ini karena aku pergi kesekolah agak telat dibandingkan hari-hari biasanya.Biasanya aku pergi kesekolah ketika jalanan masih sepi,jadi aku tidak bingung ketika terjebak macet dan mengejar waktu.
                Sesampainya disekolah,gerbang sekolahku belum ditutup,untunglah.Tapi parkiran sudah penuh dan aku benar-benar bingung untuk memarkirkan kendaraanku.Sekilas aku mendengar namaku dipanggil,dan aku menoleh kebelakang,ternyata itu kak Derry.Mungkin dia melihatku kesulitan untuk memarkirkan kendaraanku.
“Bisa,Tyas?”
“Ga bisa kak,bisa tolong dibantuin?”
“Oh,ya udah sini.”
                Dia memarkirkan sepeda motorku ditempat yang sempit itu.Tapi mau bagaimana lagi,tidak ada lagi tempat parkir yang bagus,hampir semua terisi penuh oleh kendaraan roda 2.Kan tidak mungkin aku memarkirkan sepeda motorku ditempat parkir roda 4.
                Setelah itu,aku dan Kak Derry menuju kedalam sekolah sambil berbincang-bincang mengenai perlombaan Drum Band yang akan diadakan dalam waktu dekat ini.
“Kok tumben kamu telat,Tyas?”
“Tadi bangunnya kesiangan kak,hehe.Lupa pasang alarm.”
“Oalah,gak biasanya kamu begini.”
“Gak tau kak,mungkin lagi apes aja.Oh iya,kapan lomba Drum Band-nya diadain kak?”
“Dua minggu lagi,hari Sabtu jam 8 pagi.”
“Kita kesananya naik apa kak?”
“Kalau kita nanti naik mobil pribadi beberapa orang dari kita aja atau pergi sendiri juga gapapa,tapi kalau alatnya nanti kita sewa mobil pick up,pokoknya tenang aja deh.Mobil kamu bisa dipakai hari Sabtu nanti?”
“Oh yaudah,tapi mobil Tyas ga bisa dipakai buat acara itu kak,Tyas boleh nebeng sama kakak aja?”
“Oke,gapapa,nanti kita tanya yang lain ya.”
                Tak terasa kami telah berjalan sampai didepan kelasku.Aku melambaikan tanganku sambil mengatakan “Bye” kepada kak Derry,dia pun membalas lambaian tanganku.Bel tanda masuk sekolah berbunyi seiring perginya kak Derry menuju kekelasnya.Aku dan teman-teman sekelasku pun memasuki kelas.Beberapa kemudian,guru mata pelajaran Bahasa Indonesia,Pak Romi memasuki kelas kami.
                Aku tidak berkonsentrasi mengikuti pelajaran ini,pikiranku selalu tertuju pada mimpi semalam.Aku masih ingat saat kami menonton tivi berdua,hingga akhirnya aku tertidur dipundaknya,lalu kemudian aku terbangun.Dan sekarang aku mendapati kepalaku telah tertimpuk oleh sebuah penghapus papan tulis.”aduh..”aku menjerit sambil memegangi kepalaku.Ternyata Pak Romi yang dengan jahatnya menimpukku dengan penghapus papan tulis.Apa-apaan ini?
“Tyas,saya disini mengajar tapi pikiran kamu kemana?Kamu tidak memperhatikan saya?”
“Eh eh maaf pak,perhatiin kok pak.”
“Coba kamu jelaskan apa yang tadi saya jelaskan didepan.”
“Eh eh janganlah pak.”
“Makanya lain kali kalau saya menjelaskan didengarkan.”
                Kemudian Pak Romi kembali melanjutkan penjelasannya.Entah ngajarin apa sih bapak ini,dari dulu aku paling ga suka pelajaran Bahasa Indonesia.Kalau sama bapak ini,semua disalahkan.Siapa yang nggak kesel?Waktu itu aku pernah lupa menuliskan titik pada PR ku,tapi nilaiku malah dikurangi,berlebihan banget bapak itu.

***
                Pelajaran terakhir di hari ini adalah Agama.Pelajarannya sih mudah,tapi selalu dipersulit oleh guru kami ini.Rasanya benar-benar tak sabar untuk pulang sekolah.Hari sudah panas dan aku sudah tidak bersemangat untuk belajar.Ibu ini hanya menjelaskan saja,berceramah sepanjang pelajaran,aku bosan dan ngantuk.Selagi ibu itu menyuruh kami mengerjakan tugas yang ada dibuku lks,aku berbincang-bincang dengan Tika,teman sebangkuku.
“Tik,nanti kerumahmu yuk.”
“Emang mau ngapain nanti dirumahku?”
“Ga ada,cuma main-main aja lah,ada yang mau kuceritain,sekalian ngambil sepatu yang kamu pinjam waktu itu.”
“Oh yaudah,naik matic kamu ya.”
“Oke tenang aja.”
                Akhirnya bel sekolah pertanda pulang yang dari tadi kutunggu-tunggu berbunyi.Murid-murid sekelasku berteriak “hore” begitupun dengan aku.Padahal sudah putih – abu-abu tapi masih saja berteriak ketika bel pualng sekolah berbunyi.Aku dan Tika tidak langsung pergi keparkiran roda dua,kami yakin pasti parkiran masih ramai dan sulit bagiku untuk mengeluarkan motorku dari situ.Kami dudu-duduk sebentar ditaman,tak jauh dari kelas kami.
“Tyas!” Kak Derry memanggilku dari kejauhan sambil berjalan menghampiriku.
“Siapa itu Tik?”Tanyaku kepada Tika.
“Kak Derry itu.”Jawab Tika.
“Ngapain kalian disini dek?”Tanya Kak Derry ketika telah sampai dihadapan kami.
“Iseng aja kak,biasanya parkiran masih ramai,nanti Tyas ga bisa ngeluarin motornya.”Jawab Tika.
“Oh,kalian nanti pulang sama?”Tanya kak Derry lagi.
“Iya kak.”Jawabku dan Tika bersamaan.
                Beberapa menit kemudian aku mengajak Tika dan kak Derry untuk beranjak keparkiran roda 2.Sesampainya disana,aku dan Tika berpisah dengan kak Derry karena rumah Tika berlawanan arah dengan rumah kak Derry.Entah kenapa rasanya kak Derry suka mencari perhatian dariku.Tapi ga tau juga deh,mungkin aku aja yang kegeeran.
                Sesampainya dirumah Tika,kami membuka sepatu kami dan masuk kedalam kamar Tika.Aku sudah menganggap rumahnya Tika seperti rumah sendiri saking seringnya aku kesini.Langsung kucampakkan tasku keatas tempat tidurnya,begitupun dengan Tika.Rasanya sudah seperti aku saja yang menjadi tuan rumah dirumah ini.Tika pun sudah biasa menerima sikapku yang seperti ini.
“Oh iya,kamu mau cerita apa Tyas?”
“Gini loh Tik,semalem aku mimpi.”
“Mimpi apa?Kok kamu sampai segitunya mau cerita ke aku?”
“Semalem aku mimpi terdampar disebuah pulau,indaaaaaah sekali.Aku main-mainin air laut disitu,terus karena aku kedinginan,aku samperin rumah satu-satunya yang ada disitu.”
“Ha?Kok bisa terdampar?Rumahnya serem apa enggak?”
“Enggak,cantik banget malah.Yang anehnya,rumah sebesar itu ga ada penghuninya,tapi isi rumah itu lengkap,ada baju anak-anak,baju ibu-bu,baju bapak-bapak,ada juga baju buat cewek kayak aku.Aku pakai aja salah satu baju dari situ,kan aku kedinginan.”
“Jadi kamu disana terdampar sama siapa,Tyas?”
“Sama cowok manis,ih senyumnya itu loh ga tahan.Aku Cuma berdua sama cowok itu.”
“Ha?Siapa?Semanis siapa?Cuma manis?Ga ganteng?”
“Namanya Satya,pokoknya manis deh.Ada juga sih gantengnya,tapi menurutku dia manis,Tik.”
“Terus kamu ngapain aja sama dia?”
“Pertama kami buka pintu rumah itu sama-sama,terus kami berpencar nyari baju buat aku,terus aku ganti baju,terus kami nonton tivi diruang tamu.”
“Loh tapi tadi katanya terdampar?Kok tivinya bisa nyala?”
“Ntah gatau.Ada gila-gilanya rumah itu,namanya mimpi,ya maklumlah.”
“ Oh iya iya,terus ngapain lagi?”
“Terus aku kedapur bikin susu hangat buat kami berdua.”
“Didapurnya ada persediaan makanan dan minuman juga?”
“Ada Tik,aku aja heran,apalagi kamu.”
“Hmm,terus kamu ngapain lagi?”
“Aku bawa kedua gelas susu itu keruang nonton tivi disitu.Terus kami sama-sama meminum susu itu.”
“Oh enak lah ya.”
“Iya tapi cuma mimpi,ya percuma aja.”
“Yang sabar ya Tyas.Terus gimana lagi mimpi kamu itu?”
“Aku tiba-tiba tertidur diatas pundaknya,sewaktu aku bangun,rupanya aku udah ada dikamarku sendiri.Pagi tadi aku bener-bener kesal karena itu Cuma mimpi Tik.Aku sih berharap bisa ketemu sama si Satya itu.”
“Ha?Kamu ngigau Tyas?Mana mungkin.Itu kan Cuma mimpi kamu,kemungkinan sangat kecil untuk kamu bertemu sama dia.”
“Tapi entah kenapa aku yakin bisa ketemu dia didunia nyata ini,bukan hanya didalam mimpi.”
“Ih,kamu jangan gila dong Tyas,aku ga mau punya temen gila,ntar aku bisa repot.”
“Aku ngga akan gila kok Tik,kamu tenang aja.”
“Hahaha.Tapi jangan terlalu berharap ya Tyas,nanti kalau kamu jatuh bisa sakit rasanya.”
“Iya iya.”
“Oh iya ini nih sepatu kamu yang waktu itu aku pinjam.”
“Taruh aja didalam tasku.”
“Ih kamu ini males banget ya naruh sendiri.”
“Tamu kan raja sih Tik.”
“Alah,ini kan udah kayak rumah kamu sendiri,sok tamu deh.”
“Haha,ga papa dong sekali-sekali.”
“Apanya yang sekali-sekali?Kan udah sering ya.”
“Udahlah,anggap aja nggak sering,kan nanti Tika dapat pahala dari yang Kuasa.”
“Mana aci gitu.”
“Eh,aku pulang dulu ya Tik,bosan juga lama-lama disini.”
“Nanti nggak Tika bolehin kesini baru tahu rasa.”
“Eits,ini kan udah kayak rumah aku,Tik.”
“Hmm,ya udah cepatlah sana pulang.”
                Kemudian aku dan Tika bergegas kegarasi rumahnya,lalu kemudian aku pulang kerumahku.Tika melambaikan tangan kanannya dan aku hanya membunyikan klakson.Rumahku dan Tika bisa dikatakan lumayan jauh,tapi tidak terlalu jauh deh kalau lewat jalan memotong.
                Aku selalu saja memikirkan mimpiku waktu itu,selalu saja ada dibenakku,aku sudah berusaha untuk melupakan dan tidak mengharapkan bisa bertemu dengan sosok yang ada didalam mimpiku,tapi selalu saja tidak bisa.Sosok itu tidak nyata,tidak ada didunia,aku tidak pernah bertemu dengannya secara langsung,hanya didalam mimpi.Pantas saja Tika menertawaiku kalau aku masih saja mengharapkan bisa bertemu dengan Satya.
                Diperempatan,traffic light menunjukkan bahwa aku harus berhenti disitu untuk beberapa detik,lampu merah yang ada pada traffic light menyala.120 detik lagi,lama banget,bosan deh.Aku pun melihat keselilingku,kekanan dan kekiri,dan juga kedepan.Ketika aku melihat kesamping kananku,seorang cowok membuka kaca helmnya dan aku merasa bahwa dia melihatiku berulang kali.Namun sialnya,ketika aku melihat kearahnya,dia pura-pura melihat kearah depan,namun ketika aku tidak melihatnya,aku selalu merasa bahwa aku selalu diperhatikannya.Tapi pada akhirnya,kami sama-sama saling memandang.
Astaga,dia mirip banget dengan Satya yang ada didalam mimpiku.Ganteng dan manis,semuanya deh ada padanya.Aku juga melihatnya tersenyum padaku,senyumnya begitu manis,sangat mirip dengan senyumnya Satya yang kulihat didalam mimpiku.Ah,tapi apa mungkin?Itu kan hanya mimpi.Aku sangat tidak percaya dengan semua ini,itu mungkin hanya kebetulan mirip saja.
                Tak terasa sudah 2 menit aku berhenti menunggu menyalanya lampu hijau pada traffic light,kendaraan yang berada dibelakangku pun sudah sibuk membunyikan klaksonnya masing-masing untuk  mengingatkanku.Cowok tadi pun pergi,berbelok kekanan,sedangkan rumahku berbelok kekiri.Aku masih ingat plat nomornya,dan itu akan kusimpan didalam otakku manatau suatu saat kami bertemu kembali.Tapi aku tidak mau menyimpan banyak harapan untuk bertemu dengannya,hanya sedikit saja.
                Akhirnya aku sampai juga dirumah,masih terbayang olehku kejadian diperempatan tadi,seandainya dia benar-benar Satya yang ada didalam mimpiku,aku pasti senang sekali jika bisa bertemu dengannya lagi,apalagi setiap saat.Ya ampun,aku ini kenapa?Kenapa aku mengharapkan orang yang sama sekali belum kukenal,dan berharap bahwa orang itu adalah Satya yang ada didalam mimpiku?


nb:ntar juga ada lanjutan ini kok,tenang aja.hanya kekurangan waktu untuk menyelesaikan ini semua dikarenakan jadwal yang padat.